Thursday, December 30, 2010

Merokok Bukan HAK ASASI manusia

Selama ini setiap ada larangan merokok, maka para perokok selalu berdalih bahwa merokok adalah hak asasi manusianya. Padahal merokok bukanlah hak asasi tapi hanya kebutuhan seseorang saja.
"Hak asasi manusia adalah sesuatu yang jika tidak terpenuhi bisa mengancam jiwa, tapi kalau merokok jika tidak terpenuhi tidak akan mengancam jiwanya. Jadi merokok bukanlah hak asasi," ujar dr Hakim Sorimuda Pohan, SpOG dalam acara diskusi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 'Mengembalikan Arah Kebijakan Pengendalian Tembakau yang Pro Kesehatan Masyarakat' di sekretariat IDI, Jl dr Sam Ratulangi, Jakarta, Rabu (29/12/2010).
Dr Hakim menuturkan salah satu contoh hak asasi adalah makan, jika seseorang tidak makan maka ia bisa meninggal. Sedangkan jika ada orang yang harus menggunakan minyak rambut untuk meningkatkan kepercayaan diri, maka hal tersebut adalah kebutuhan dan bukan hak asasi manusia.
"Selain itu menghirup lingkungan yang sehat dan bersih adalah salah satu hak asasi yang ada di dalam UUD'45. Karena asap rokok bisa mengganggu kesehatan dan kemanusiaan, jadi orang yang merokok tanpa menghormati tata cara merokok yang benar berarti ia orang yang tidak beradab," ungkapnya.
Merokok adalah salah satu kebiasaan yang bisa membahayakan diri sendiri, lingkungan dan menyebabkan ketagihan, sehingga diperlukan aturan tersendiri untuk mengatur tata cara merokok.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008, Indonesia merupakan negara pengguna rokok terbesar ketiga setelah China dan juga India. Dan berdasarkan survei AC Nielsen tahun 2009 diketahui produksi rokok di Indonesia sebesar 260 miliar batang rokok, sedangkan tahun 1970 produksinya hanya sebesar 35 miliar batang rokok.
"Kita tidak akan melarang orang yang sudah kecanduan rokok untuk berhenti, karena mereka sebenarnya sudah dewasa. Kalau kita sudah beri peringatan dan penyuluhan tapi ia tetap tidak mau berhenti, maka itu adalah cara kematian yang ia pilih sendiri," ujar dr Hakim yang merupakan mantan anggota DPR Komisi IX.
dr Hakim menuturkan ada tiga jenis kematian, yaitu:
  1. Kematian yang tidak bisa dicegah (unpreventable death), misalnya jika seseorang yang sudah berusia di    atas 90 tahun dan mengalami beberapa kali stroke, maka kematian yang terjadi sudah tidak bisa dicegah.
  2. Kematian yang bisa dicegah (preventable death), misalnya jika ada kecelakaan dan lambat mendapatkan pertolongan maka kematian yang terjadi sebenarnya bisa dicegah. Jenis kematian ini juga termasuk akibat merokok, karena kematian akibat rokok sebenarnya bisa dicegah jika seseorang berhenti mengonsumsi rokok.
  3. Kematian yang kemungkinan bisa dicegah (probably preventable death), misalnya ada anak muda yang ugal-ugalan, mengebut lalu mengalami kecelakaan yang menyebabkan kondisi parah, maka kematian yang terjadi kemungkinan bisa dicegah.
"Selama ini diketahui bahwa kematian adalah suatu takdir, tapi kematian akibat rokok sebenarnya bisa dicegah," ungkapnya.
dr Prijo Sidipratomo, SpRad (K) selaku Ketua umum PB IDI menuturkan bahwa merokok bisa menyebabkan berbagai penyakit dan kecanduan yang ditimbulkan bisa membuat orang merasa cemas, gelisah atau efek lainnya. Tapi sayangnya saat ini jumlah perokok dikalangan generasi muda semakin meningkat, dan pada perempuan mengalami peningkatan sebesar 3 kali lipat.
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus diwujudkan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu jika seseorang ingin merokok sebaiknya tidak mencelakakan orang lain.
"Merokoklah secara beradab dan jangan mencelakakan orang lain. Jika ingin merokok maka nikmati rokok dan asapnya sendiri, misalnya dengan cara menutup muka menggunakan kantong plastik hitam yang tidak dibuka sampai rokoknya selesai, jadi asap dan rokoknya dihisap sendiri," ujar mantan ketua IDI, dr Kartono Mohammad.
sumber : http://www.detikhealth.com/read/2010...ia?ld991103763


For UPDATE

'Bagi para ORANG TUA perokok, aku mohon banget supaya ngerokok sejauuuh mungkin dari anaknya walau sampai anak dewasa supaya jauh dari kemungkinan terkena flek paru'.

Begitulah tulisan Noor Atika Hasanah dalam statusnya di Facebook dan Twitter, tiga hari sebelum kematiannya yang mengagetkan rekan-rekannya di jejaring sosial.

Bagaimana teman-temannya tidak kaget, karena 10 jam yang lalu, perempuan kelahiran 8 November 1982 itu masih sempat membuat status di Twitter dan Facebook.

Dalam status Facebook dan akun Twitternya @tikuyuz, perempuan yang oleh teman-temannya disapa Tika ini menulis status terakhirnya, bahwa ia sudah satu malam berada di RS Sulianti Saroso Sunter dan sedang menunggu hasil infeksinya.

Namun tiba-tiba pada Kamis 30 Desember 2010 pukul 14.00 WIB, dikabarkan perempuan manis tersebut telah meninggal dunia.

Tika adalah salah satu korban yang meninggal akibat perokok pasif. Dalam status-statusnya Tika menegaskan dia tidak merokok tapi dia adalah korban dari asap si perokok.

Dia menulis dirinya terkena flek paru dan divonis dokter menderita Bronchopneumonia Duplex. Meski sudah divonis menderita penyakit paru parah, dia mengaku tidak menyerah dengan penyakit ini.

"Well, hello Bronchopneumonia Duplex! I'm not afraid of you :))," kata Tika dalam status Twitternya pada 24 Desember 2010.

Akibat penyakitnya ini Tika mengaku berat badannya melorot hingga 35 Kg padahal normal berat badannya 42 Kg. Penyakit ini telah membuatnya sering mengalami sesak napas, batuk keras dan pilek.

Kematian Tika kembali menyadarkan orang betapa bahayanya efek merokok walaupun kita bukan perokok. Sudah tak terhitung berapa banyak korban sakit paru-paru dari orang yang bukan perokok. Terperangkap dalam lingkaran para perokok, membuat si perokok pasif punya potensi 30 persen terkena penyakit mematikan mulai dari flek paru hingga kanker paru-paru.

Perokok pasif biasanya menghirup asap yang berasal dari pembakaran rokok dan juga asap yang dikeluarkan oleh seorang perokok aktif. Menjadi perokok pasif sebenarnya tanpa disadari telah membuat seseoran menjadi perokok. Biasanya perokok pasif ini berada di rumah, mobil, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya seperti bar.

Untuk melihat seberapa besar perokok pasif terpapar asap rokok dapat diuji dengan mengukur kadar nikotin, cotinine dan karbon monoksida dalam darah, air liur atau urinnya. Cotinine ini adalah suatu hasil produk metabolisme nikotin dalam tubuh.

Didapatkan lebih dari 4.000 zat kimia yang terdapat dalam asap rokok. Sedikitnya 250 zat berbahaya dan 50 diantaranya menyebabkan kanker terkandung dalam sebatang rokok.

Zat kimia tersebut seperti arsenik (logam berat beracun), benzene (bahan kimia dalam bensin), beryllium (logam beracun), kadmium (logam yang digunakan untuk baterai), etilen oksida (bahan kimia untuk mensterilkan alat medis), vinil klorida (zat toksik untuk membuat plastik) dan zat lainnya.

Dilansir dari National Cancer Institute, badan internasional untuk penelitian kanker (IARC) telah mengklasifikasikan asap rokok pada manusia sebagai karsinogen (zat penyebab kanker). Karenanya orang yang tidak merokok tapi sering menghirup asap rokok juga memiliki kemungkinan terkena kanker paru.

Diperkirakan orang yang menjadi perokok pasif berpeluang terkena kanker paru-paru 20 sampai 30 persen. Tapi jika perokok pasif tersebut tinggal bersama dengan seorang perokok aktif maka peluangnya menjadi lebih besar. Karena ada kemungkinan orang tersebut terpapar asap rokok setiap harinya, sehingga akumulasi dari zat-zat kimia tersebut semakin besar.

Beberapa penelitian lain menunjukkan asap rokok tak hanya menimbulkan kanker paru-paru saja, tapi juga kanker payudara, kanker rongga sinus hidung, leukimia, limfoma dan tumor otak pada anak-anak. Tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk hubungannya dengan kanker-kanker ini.

Paparan dari asap rokok ini bisa mengiritasi saluran udara dan memiliki efek bahaya langsung terhadap jantung dan pembuluh darah. Di Amerika Serikat sendiri perokok pasif telah menyebabkan penyakit jantung sebesar 46.000 setiap tahunnya.

Jika Anda seorang perokok pasif dan tidak ingin terkena kanker paru-paru, sebaiknya hindari tempat-tempat yang memiliki asap rokok serta cobalah untuk tidak terlalu dekat dengan perokok. Selain itu, perbanyak makanan yang mengandung antioksidan dan terapkan pola hidup sehat. Dan buat para perokok menjauhlah agar orang-orang terdekat Anda tidak menjadi korban.

Sumber: http://www.detikhealth.com/read/2010/12/30/163822/1536216/763/tika-gadis-manis-yang-meninggal-karena-jadi-perokok-pasif

No comments:

Post a Comment

Sonic Run: Internet Search Engine
Feedage Grade B rated
My Ping in TotalPing.com Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Preview on Feedage: perkutut-ujung-pangkah Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki