PERKUTUT
Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan  biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal yang diyakini mempunyai  kekuatan gaib atau supranatural/yoni menurut kepercayaan orang-orang tua  kita sejak beratus-ratus tahun terutama pada masyarakat tradisi Jawa  dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang  banyak kita lihat dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi  memiliki kekuatan gaib sesuai dengan alam pikiran masyarakat modern.  Sehingga Perkutut Katuranggan sering disebut burung alam gaib yang bisa  memberikan rezeki, kebahagiaan dan ketenteraman rumah tangga, pangkat  dan jabatan, dll.
Kebiasaan menikmati bunyi suaranya  anggungan perkutut yang indah ini dimulai sejak zaman Majapahit dan  memang burung yang satu ini pada waktu itu biasanya hanya dipelihara  oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada saat  keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII  pada tahun 1877-1921.
Perkutut juga diyakini sebagai bilangan  ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati yang sempurna dalam  tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma (rumah),  Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut).  Perkutut merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara  anggungannya dan keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang,  teduh, santai bahagia dan seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan  alam semesta secara langsung.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada  awal tulisan ini, perkutut memiliki keistimewaan luar biasa karena  dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi pemiliknya  berdasarkan ” Katuranggan ” yang dipercaya memiliki titisan darah gaib,  juga berdasarkan ” Ciri mathi ” adalah ramalan dalam hubungan bentuk  atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki  pengaruh baik (membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga,  pangkat, dlsb.) atau buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik  atau si pemelihara tersebut.
Untuk mengetahui baik tidaknya seekor  perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan dan ciri mathi berupa  ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki dan juga sifat,  perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan sebagai  berikut/seperti di bawah ini.
PERKUTUT KATURANGGAN
 
Perkutut Katuranggan atau Primbon antara lain :
* Perkutut Songgo Ratu:  perkutut ini dipercaya sebagai titisan seorang putra Raja Bali di zaman  Majapahit yang dikejar-kejar musuhnya dan melarikan diri sampai ke Desa  Tutul di Blambangan, Banyuwangi dan mati terbunuh, kemudian berubah  menjadi Perkutut yang diberi nama Perkutut Songgo Ratu.. Perkutut ini  berciri khas di kepalanya ada jambul semacam mahkota berwarna putih.  Sifatnya juga seperti ningrat yang tidak suka berkeliaran, hidupnya  hanya di tempat yang sepi seperti didalam goa atau di pekuburan.  Perkutut ini kuat menahan lapar dan haus sampai beberapa hari, tidurnya  selalu ditempat yang paling tinggi dibanding perkutut lainnya. Mempunyai  wibawa yang sangat besar, shingga perkutut yang berada didekatnya tidak  akan berani bersuara/bunyi. Ciri-ciri fisiknya yang lain adalah, kaki  dan paruhnya berwarna hitam. Bulunya agak kehitam-hitaman. Perkutut yang  mempunyai yoni yang besar, biasanya jarang berbunyi dan suaranya  relatif juga kecil, demikian pula perkutut yang satu ini. Perkutut ini  bisa untuk menolak santet/ilmu hitam, melancarkan rezeki dan mempunyai  kewibawaan yang tinggi bagi pemiliknya.
* Perkutut Lurah:  dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan  tersamar dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama.  Perkutut mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan  keputih-putihan, begitu juga dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal  dihutan makannya disuapi atau dibawakan makanan oleh perkutut yang lain  yang menjadi anak buahnya. Biasanya perkutut ini dipelihara oleh atasan  atau pemimpin yang mempunyai kedudukan, karena perkutut ini mempunyai  yoni kewibawaan yang luar biasa dan mendatangkan rezeki yang berlimpah.
* Perkutut Putih:  perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang, sebab  selain sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan  kekayaan bagi si pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya  putih, matanya merah, paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis  hitam dan kuku berwarna putih. Perkutut ini biasanya dahulu hanya  dimiliki oleh para Raja atau pemimpin. Perkutut ini juga diyakini dari  hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara sekandung yang berlangsung  beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun lamanya. Jadi perkutut  putih belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi perkutut biasa yang  membawa darah putih pada suatu ketika akan mempunyai keturunan berbulu  putih. Konon karena langkanya biasanya sebelum dimiliki seseorang,  perkutut putih datang lewat mimpi dengan rupa orang yang sudah tua,  berambut serta berjenggot putih.
* Perkutut Hitam atau Kol Buntet: seluruh bulunya hitam legam yang dianggap rajanya perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.
* Di samping itu masih ada beberapa jenis  perkutut Katuranggan antara lain ; Perkutut berekor 15 lembar ( Pendawa  Mijil ), Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut juga Perkutut  Daring Kebak/Tembus, Perkutut Udan Emas, Perkutut bermata merah dan  kuning ( Mercu Jiwa ), Perkutut Rondo Semoyo, dll. yang kesemuanya  mempunyai yoni sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan  ketenteraman keluarga ( Tepung Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa  Mijil dan Mercu Jiwa yang kewibawaannya besar ), kelancaran berdagang (  Rondo Semoyo ). Jadi dapat dibayangkan jika kita mempunyai seekor  perkutut berwarna Tepung Tumpeng, matanya merah atau kuning dan ekornya  berjumlah 15 lembar, maka jelas dan pasti perkutut ini adalah perkutut  bagus dan langka serta mahal harganya..
Perkutut (Geopelia striata) banyak hidup  di hutan-hutan dataran rendah. Sebagai burung yang masuk dalam suku  Columbidae, perkutut mempunyai banyak kerabat dekat seperti peragam dan  punai yang tersebar luas di seluruh dunia. Namun, khusus jenis perkutut  penyebarannya hanya terbatas dari Semenanjung Malaya sampai Australia.
Di Indonesia jenis perkutut cukup banyak.  Penghobi membedakan perkutut yang ada sesuai dengan daerah asalnya,  misalnya perkutut Sumatera, perkutut Jawa, perkutut Bali, dan perkutut  Nusa Tenggara. Khusus untuk di Jawa, masih dibedakan lagi sesuai dengan  asal daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil perkutut  berkualitas, misalnya perkutut Pajajaran, perkutut Mataram, perkutut  Majapahit, perkutut Tuban, dan perkutut Madura.
Di Jawa dulunya perkutut banyak dijumpai  di daerah bersemak terbuka yang kering atau di pinggiran hutan yang  berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bahkan, dulu perkutut juga sering  dijumpai mencari makan di ladang atau persawahan.
Umumnya perkutut hidup dan mencari makan  secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Burung-burung ini biasanya  makan di atas permukaan tanah. Tidak jarang ditemukan perkutut yang  sedang minum secara bersamaan pada sumber air.
Karena tidak mudah terganggu dengan  kehadiran manusia dan bisa didekati dalam jarak beberapa meter, perkutut  dikenal sebagai burung yang agak jinak. Bila merasa terancam, burung  ini akan terbang cepat dan berhenti dalam jarak yang pendek atau  bertengger di atas pohon yang tidak jauh dari tempat asalnya.
Di alam bebas perkembang biakan perkutut  tidak sebaik di breeding farm. Di alam bebas perkutut hanya bertelur dua  sampai tiga kali setahun yang terjadi pada bulan Januari-September.  Musim berbiak ditandai dengan pembuatan sarang oleh sepasang perkutut  yang sedang berahi. Bentuk sarang agak datar dan tipis. Bagian bawah  sarang dibuat dari kumpulan ranting yang agak kasar, sedangkan bagian  atasnya dilapisi daun rerumputan kering atau serabut yang lebih halus.  sarang umumnya diletakkan pada pohon atau semak yang tidak terlalu  tinggi dari permukaan tanah.
Beberapa hari setelah sarang jadi,  perkutut betina akan bertelur sebanyak dua butir. Telur ini berwarna  putih dengan bentuk oval. Ukuran telur kurang lebih 22 X 17mm. Telur  akan dierami secara bergantian oleh kedua induk selama kurang lebih dua  minggu, setelah itu telur menetas. Anak perkutut yang baru menetas  tampak berwarna merah, tidak mempunyai bulu, dan matanya masih tertutup.  Pada saat seperti ini anakan masih memerlukan kehangatan dari tubuh  induknya. Oleh karena itu, induk akan mengeraminya sampai tumbuhnya bulu  (sekitar umur dua minggu).
Anakan perkutut yang baru menetas oleh  induknya diberi makan berupa susu yang dihasilkan oleh tembolok  induknya. Proses penyusuan ini berjalan sesuai dengan naluri alamiah  burung. Anak yang belum bisa melihat tersebut menyentuh-nyentuhkan  paruhnya ke arah mulut induknya. Setelah mengena, anakan tersebut akan  memasukkan kepalanya di tenggorokan induknya. Proses inilah yang  dinamakan menyusu. Bersamaan masuknya kepala si anak ke tenggorokan  induk, si induk akan memuntahkan isi tembolok yang berupa cairan dan  langsung masuk ke mulut si anak. Proses penyusuan ini biasanya  berlangsung sampai si anak keluar bulu atau sudah bisa terbang.
Perkutut tangkapan hutan yang telah lama  dipelihara orang lazim disebut perkutut lokal. Perkutut tersebut  biasanya sudah pandai manggung, tetapi sayang sulit diternak. Kendalanya  perkutut lokal sangat lamban atau tidak mudah berkembang biak. Upaya  menyilangkan induk jantan perkutut lokal dengan induk betina perkutut  Bangkok juga lambat atau tidak selancar perkutut Bangkok murni. Akhirnya  banyak yang memilih indukan jantan maupun betina perkutut Bangkok murni  karena lebih efektif .
Perkutut-perkutut lokal tersebut  sebenarnya dalam hal suara tidak terlalu berbeda jauh walaupun  masing-masing mempunyai ciri khas. Perkutut dari satu daerah mempunyai  perbedaan dengan perkutut dari daerah lain, tetapi perbedaannya tidak  begitu mencolok. Bahkan, dalam hal ukuran atau berat badan hampir tidak  berbeda. Perkutut tergolong dalam kelompok burung kecil (betina 19-21 cm  dan jantan 20-24 cm) dengan berat antara 60-70 gram.
Warna tubuh didominasi dengan warna  cokelat dengan ekor agak panjang. Warna pada bagian kepala abu-abu  dengan bagian belakang kecokelatan. Leher dan bagian sisinya bergaris  halus. Bagian punggung berwarna cokelat dengan tepi-tepi bulu berwarna  hitam. Bulu sisi terluar pada ekor berwarna agak kehitaman dan pada  bagian ujungnya putih.
Iris (selaput pelangi mata) abu-abu agak  kebiruan, paruh abu-abu, dan kaki merah jambu. Warna lain yang menjadi  ciri khas perkutut adalah bulu pada punggung sayap, sisi leher, dada,  dan bagian sisi badan berwarna cokelat agak keabu-abuan.
Jenis perkutut lokal semakin hari semakin  kurang diminati oleh penggemar perkutut terhadap suara yang semakin  meningkat. Sekarang ini penggemar perkutut menuntut suara yang lebih  bagus. Artinya, penggemar perkutut sekarang bukan hanya berpatokan pada  munculnya suara depan, tengah, dan belakang saja, melainkan lebih  berkembang lagi pada tarikan suara depan yang panjang, tekanan suara,  bersihnya suara, dan sebagainya. Tambahan tuntutan tersebut jelas tidak  bisa di peroleh dari burung tangkapan alam atau lokal, sebab umumnya  suara burung lokal ringan dan datar. Oleh karena itu, tanpa disadari  orang harus beralih pada perkutut hasil silangan. Hanya dengan cara  silangan penggemar bisa memperoleh suara perkutut sesuai dengan yang  diharapkan.
Dengan cara silangan inilah akhirnya penggemar perkutut di tanah air  minded dengan perkutut keturunan asal Bangkok (silsilah keturunan).  Perkutut asal Bangkok tersebut umunya mempunyai kualitas suara yang bisa  diandalkan, baik pada irama dan tekanan suara (depan, tengah, dan  belakang) maupun powernya. Hal itu tidak lepas dari kepiawaian dari  penangkar di sana yang memang diakui cukup ahli dalam soal  silang-menyilang perkutut.
MEMILIH BAKALAN PERKUTUT
 Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya.  Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian  agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada  beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan  tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan  perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik  dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai  berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur  diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam  membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas  (berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya  ketika burung berumur lima bulan.
Para pembeli perkutut, baik untuk  didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan.  Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya  besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar  lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam  tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan  betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.
Untuk membedakan perkutut jantan dan  betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur).  Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan  jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm  atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa  digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat  bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar  perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara  ini.
Setelah bakalan berumur empat bulan,  apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan  menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu  perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari  bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata  perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam,  sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala  perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang  betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian,  yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara  juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang  betina.
Walaupun kita telah mengetahui bahwa  perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat  lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau  panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang  ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah  satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri  demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena  dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.
Bakalan perkutut yang baru berumur  beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau  tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut  pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan  mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui  pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan  juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari  kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli  lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan  terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau  booking untuk mendapatkan piyik.
Penggemar perkutut banyak yang memesan  anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan  kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak  yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya  jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru  lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah  dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari  peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah  (garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan  anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang  tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung  yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.
Bila mau lebih yakin lagi kita bisa  membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut  bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham,  dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang  keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya  bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan  tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar  pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya  bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu  kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat  diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara  belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu  sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang  dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas  walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.
Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan  , show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan  dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli  bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih  dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya  saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau  dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang  jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00  per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara  bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas  bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan  lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.
Membedakan antara burung tangkapan dari  alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil  tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil  penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual  tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui,  sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung  tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung  disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak  jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk  meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran.  Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui  beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila  suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut  merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import.  kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.
Ciri burung lokal lain bila diperhatikan  lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada  bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa  membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut  Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus  sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk.  Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali.  pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau  agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.
Hampir semua peternak Lokal maupun Import  memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk  memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan  siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut  induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal,  pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar  Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada  perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut  hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan  besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual  biasanya disertai dengan Sertifikat.
Cincin tidak menjamin kalau burung  tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau  bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya  dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan  burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar  dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual  beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari  keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak  lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu  menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan  berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan  perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga  saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi.
Tingginya harga perkutut tersebut tidak  jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli  burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya  lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama  peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran  peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi  setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri  sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang  melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang  terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu  membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan  perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.
Untuk mengetahui apakah cincin yang  melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau  asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki.  kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau  dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan  cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya  dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah  susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat.  Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang  berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan  untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung  kelas atas.
Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang  pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan  ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki  perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih  kecil, dikenal dengan ukuran 41.
PERKUTUT CUTRING
Dalam komunitas penggemar perkutut ada  istilah Cut ring, artinya perkutut yang memang sengaja tidak dipasangi  cincin atau dilepas cincinnya. Perkutut Cut ring tersebut bisa hasil  silangan lokal maupun produk silangan import. mengapa harus di Cut Ring ?  Ada beberapa alasan dari peternak terkenal mengapa harus menjual  burungnya harus dengan melepas cincin. Hal itu untuk menjaga  kredibilitas dari peternak. Perlu diketahui bahwa peternak besar tiap  bulan bisa menetaskan ratusan piyik. Piyik-piyik tersebut tidak semuanya  baik, pasti ada yang jelek ( tersortir ). Sebelum melepas piyik atau  bakalan ke pembeli biasanya peternak melakukan sortir. Dari ratusan ekor  biasanya hanya 10 % yang tergolong bakal istimewa. Sortiran itu harus  dilempar ke pasaran. Di situlah campur aduk, ada bakaln yang termasuk  kategori bagus, sedang, dan jeblok. agar tidak diketahui nama  peternakannya, biasanya peternak yang sudah terkenal sebelum menjual  burung sortiran terlebih dahulu melepas cincin dari kaki perkutut. Lagi  pula peternak merasa sayang kalau sortirannya dibuang percuma. Lebih  baik dijual di pasaran, namun jelas tidak mungkin melempar sortiran  lengkap dengan cincin karena bisa menjadi bumerang bagi peternakan  tersebut.
Praktek pelepasan perkutut sortiran  dipasaran ini bukan cuma dilakukan oleh peternak lokal saja, melainkan  juga peternak-peternak top di Bangkok. Kemana perkutut-perkutut sortiran  dilempar ? ternyata peternakan terkenal di Bangkok banyak melempar  sortirannya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pasar perkutut paling  besar adalah Indonesia. Walaupun perkutut Cut Ring merupakan burung  sortiran, bukan berarti bahwa semua burung yang di sortir jelek sebab  kemungkinan untuk ” meledak ” di konkurs masih ada, apalagi kalau  sortiran tersebut dari peternakan terkenal. Seperti diketahui,  penyortiran perkutut tersebut dilakukan oleh peternak setelah burung  tersebut melewati masa ngurak ( brodol dulu ) yang pertama atau usia  burung antara 4 – 5 bulan. Mengapa demikian ? Sebelum ngurak burung  sulit diramalkan suaranya. Bisa saja pada saat piyik suaranya menandakan  baik, tetapi setelah ngurak malah jeblok. Begitu juga sebaliknya. Tidak  sedikit bakalan pada saat piyik suaranya kurang baik ternyata setelah  melewati masa ngurak justru lebih baik. Oleh karena itu, selepas masa  ngurak baru bisa diketahui apakah suara perkutut baik atau tidak.
Burung yang tidak baik inilah yang  kemudian di Cut Ring. namun, bukan berarti yang Cut ring pasti jelek.  Tidak jarang para penggemar yang paham pada perkutut justru lebih suka  membeli perkutut Cut Ring dari peternakan terkenal. Dengan bekal  pengetahuan dan keahlian merawat, penggemar tersebut bisa memilih  bakalan yang nantinya bisa meledak di arena konkurs setelah dirawatnya.
Cut Ring sendiri bukan identik dengan  burung berkualitas rendah karena banyak pula penggemar perkutut yang  mempunyai burung juara justru dilepas ringnya untuk merahasiakan  indukkannya maupun asal usul peternakannya. hal ini dilakukan dengan  pertimbangan agar pemilik indukannya tidak tahu kalau hasil tangkarannya  menjadi juara. Dengan demikian, pemilik burung juara tadi bisa tetap  membeli saudara sedarah dari perkutut juara tersebut secara terus  menerus dengan harga yang relatip murah. Maksud lain melepas ring pada  burung juara adalah agar penggemar lain tidak berbondong-bondong  menyerbu peternakan asal perkutut juara tadi untuk memesan saudara yang  sedarah dari perkutut juara jadi, kalau sampai banyak penggemar yang  mengetahui asal usul dari burung juara tadi, umumnya para penggemar  perkutut dari berbagai daerah menyerbu ke peternakan asal burung juara  sehingga terjadilah booking maupun inden yang berkepanjangan.
Bagi penangkar, jika hasil tangkarannya  menjadi juara dan banyak pemesan yang datang bisa dipastikan akan  menaikkan harga burungnya menjadi puluhan kali lipat dari harga  sebelumnya. Dengan dasar itulah bisa disimpulkan bahwa belum tentu  perkutut yang di Cut Ring adalah perkutut kelas rendah. Apalagi kalau  perkutut tersebut di jual di peternakan atau show room bergengsi dengan  harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah, bisa dipastikan perkutut  tersebut berkualitas baik.
KATURANGGAN PERKUTUT
Selama ini dalam dunia perkutut ada istilah katuranggan yang  merupakan penggabungan dari dua istilah Jawa katur dan angga. Katur  dalam bahasa Jawa berarti pemberitahuan dan angga berarti tubuh. Jadi,  katuranggan berarti pemberitahuan atau pengetahuan tentang bentuk tubuh.  Dalam membeli perkutut para penggemar perkutut tidak bisa lepas dari  katuranggan. Terlebih lagi kalau perkutut yang bakal dibeli tersebut  harganya sampai jutaan rupiah, pasti calon pembeli sangat memperhatikan  katuranggan. Dari katuranggan bisa diramalkan suara dan titik klimaks  suara perkutut. Oleh karena itu, biasanya calon pembeli minta izin pada  penjual agar diperbolehkan memegang burung yang akan dibeli. Izin  memegang ini maksudnya untuk mengetahui apakah katuranggan burung  tersebut sempurna atau tidak.
Selama ini patokan yang dijadikan  katuranggan ada beberapa hal, misalnya bentuk kepala, paruh, badan, dan  ekor. Patokan tersebut adalah sebagai berikut :
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat  lonjong seperti buah jambe diperkirakan mampu mengeluarkan suara yang  bagus dan maksimal. Burung yang mempunyai bentuk kepala demikian  diperkirakan kemerduan suaranya dapat bertahan sampai tua. Oleh karena  itu, kepala demikian termasuk kategori terbaik.
* Perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko (seperti biji nangka)  diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan bisa  bertahan sampai tua. Namun, kemerduan suara tersebut jarang yang  mencapai maksimal.
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat seperti mata uang diperkirakan  mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan akan terus meningkat  sampai burung tersebut berumur 24 tahun. Selebihnya suaranya akan  menurun.
* Perkutut yang bentuk paruhnya ngepel (seperti buah burahol), bentuk  badan ngontong (seperti kuncup bunga pisang), dan dipadu dengan ekor  yang meruncing, bisa diperkirakan mempunyai suara tengah yang cukup  jelas dan bersih. Burung dengan ciri-ciri seperti ini termasuk burung  yang paling baik.
* Perkutut yang bentuk paruhnya nggabah (seperti butiran padi), bentuk  badan seperti buah nangka , dan ekornya agak panjang dengan bagian  belakang agak tumpul diperkirakan bersuara tengah baik. Burung dengan  ciri ini termasuk kategori baik.
* Burung yang bentuk paruhnya mapah gedhang (seperti pelepah pisang),  bentuk badan mbluluk (seperti buah kelapa muda), dan ekornya pendek  meruncing, diperkirakan suara tengahnya cukup baik. Burung dengan ciri  seperti ini termasuk kategori cukup baik.
Walaupun sudah ada petunjuk atau ramalan  dari katuranggan, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita tetap  memperhitungkan kesempurnaan dari bentuk fisik lainnya, misalnya badan  sehat dan tidak ada yang cacat di antara bagian tubuhnya. Bentuk dada  dipilih yang bidang. Dada yang bidang menunjukkan kalau tubuh burung  tersebut baik dan mempunyai kantung suara yang baik juga sehingga suara  yang dikeluarkannya kebanyakan juga baik
Persyaratan anggota badan lain yang  menjadikan burung tergolong kategori baik adalah leher yang panjang  dengan bagian tenggorokan agak besar, mata cerah pandangan tajam, serta  kaki ramping dengan sisik teratur dan mengkilat.
KONKURS PERKUTUT 
 
Konkurs merupakan wujud pengukuran  keindahan suara perkutut hasil peternakan, pemeliharaan, dan perawatan.  Konkurs diselenggarakan oleh P3SI. Pelaksanaannya ada beberapa tingkat  yang disesuaikan dengan lingkupnya. Penyelengaraan konkurs perkutut  diatur oleh P3SI ( Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia ).  Organisasi ini bersifat Non politik dan non komersial. Organisasi ini  dibentuk dengan tujuan antara lain menghimpun para pelestari perkutut  dalam satu wadah organisasi yang teratur, menyebarluaskan kecintaan seni  suara perkutut, mengembangkan ilmu pengetahuan perkutut (termasuk  peternakan, pelestarian, dan penjurian ), menanamkan rasa setia kawan  san semangat gotong royong di antara penggemar perkutut, serta  menyelenggarakan konkurs perkutut secara berkala dan teratur.
Kedudukan pengurus pusat P3SI di ibukota (  Jakarta ). Pengurus pusat membentuk koordinator wilayah ( Korwil ) pada  setiap propinsi, kordinator daerah ( Korda ) pada setiap kotamadya dan  kabupaten, serta Sub-korda di setiap kecamatan.
Pelaksanaan konkurs perkutut meliputi  tata cara penyelenggaraan, tata cara penjurian, dan sistem penilaian  suara perkutut. Keseluruhannya dihimpun dalam satu ketetapan, yaitu Tata  cara konkurs dan penjurian P3SI. Jenjang konkurs menurut pedoman P3SI  dibedakan 4 tingkat, yaitu lokal, regional, besar dan nasional.
Konkurs lokal dilaksanakan oleh  Sub-korda. Penyelenggaraanya dianjurkan sebanyak mungkin. Konkurs ini  bersifat penggalakan karena diutamakan untuk memberi peluang kepada  perkutut baru yang belum terlatih. Diharapkan setelah mengikuti konkurs  lokal, nantinya dapat ikut serta dalam konkurs regional, besar, dan  nasional. Bagi anggota atau penggemar perkutut baru dan penggemar  berekonomi lemah, ajang ini merupakan kesempatan yang bagus untuk  latihan bagi perkututnya. Dalam konkurs ini, jumlah kerekan yang  dipasang bebas, tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Konkurs regional adalah konkurs yang  diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan daerah, seperti piala  Bupati, piala Walikota, maupun piala HUT Kota setempat. Konkurs ini  diselenggarakan oleh Korda. Dalam pelaksanaan konkurs regional, arena  lomba berupa lapangan terbuka, berbentuk blok persegi empat, (5 X 5 atau  5 X 6 m). Tinggi kerekan 7-7,5m. Jarak antar kerekan 4-5 m. Penilaian  dipertanggung-jawabkan oleh 3 atau 4 juri penilai yang terdiri dari 2  koordinator juri, 2 atau 1 orang dewan juri. Juri tersebut dibantu oleh  penancap bendera yang jumlahnya 4 orang atau sesuai kebutuhan. Perkutut  yang dilombakan disebut berbunyi dan mulai diberi nilai bila telah  berbunyi berturut-turut sedikitnya 5 kali.
Konkurs Besar adalah konkurs yang  diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan wilayah yang dikaitkan  dengan peringatan hari-hari besar nasional, seperti HUT RI, Hari  Pahlawan, Hari Kesaktian Pancasila. Konkurs ini dibedakan dua jenis,  yaitu konkurs besar terjadwal dan konkurs besar atas permintaan Korwil  P3SI. Dalam Penyelenggaraannya, lapangan dibagi dalam blok persegi empat  berukuran 5 m X 5 m atau 6 m X 6 m. Tinggi kerekan 7 – 7,5 m dengan  jarak antar kerekan 4 – 5 m. Jumlah kerekan disesuaikan dengan  kebutuhan. Penilaian dipertanggung-jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2  koordinator juri, 1-2 orang dewan juri, dan 4 orang pembantu penancap  bendera. Syarat burung mulai diberi nilai adalah setelah burung berbunyi  berturut-turut sedikitnya 8 kali.
Konkurs Nasional dilaksanakan untuk  memperebutkan kejuaraan tingkat nasional, seperti perebutan piala  kejuaraan nasional P3SI (Kejurnas), piala hari ulang tahun P3SI dan  piala Hari Lingkungan Hidup. Masing-masing konkurs tersebut dilakukan  setahun sekali. Sebagai pelaksanaannya yaitu Korda-Korda yang jadwalnya  digilir. Subkorda tidak dibenarkan sebagai pelaksana. Konkurs Nasional  maksimal terdiri 144 kerekan. Bentuk tiap-tiap blok berupa persegi empat  (5 X 5 atau 6 X 6 m). Tinggi kerekan 7 – 7,5 m. Jarak antar kerekan 4-5  m. Penilaian dipertanggung jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2 orang  koordinator juri, 2 orang dewan juri, dan 2 orang pembantu penancap  bendera. Syarat burung berbunyi dan mulai diberi nilai setelah  berturut-turut berbunyi sedikitnya 8 kali. Burung perkutut yang telah  mendapatkan juara nasional maupun juara besar tidak dibenarkan untuk  diikutsertakan dalam kejuaraan konkurs lokal. Dengan adanya perbedaan  ketentuan-ketentuan pada tiap-tiap konkurs, rasa bangga pemilik  burungpun akan berbeda-beda bila burungnya mendapat juara.
Berdasarkan usia dan prestasi perkutut  yang disertakan, konkurs perkutut dibedakan atas 3 kelas, yaitu konkurs  piyik, yunior, dan senior. Konkurs piyik pada umumnya digelar pada hari  Sabtu sore, menjelang lomba konkurs senior atau yunior yang berlangsung  pada esok pagi harinya. Dengan demikian, konkurs piyik telah berkembang  menjadi konkurs sore. Kelemahan konkurs sore untuk piyik adalah banyak  piyik yang terkena stress karena kondisi fisik yang belum sekuat  perkutut dewasa. selama ini, belum ada aturan baku untuk konkurs piyik.  Bunyi piyik tak mungkin gacor seperti perkutut dewasa yang mampu  berbunyi sampai 5-6 kali berturut-turut. Paling banter kemampuan piyik  hanya berbunyi 2-3 kali saja.
MAKNA BENDERA KONCER
Suara perkutut baru dinilai setelah  memperoleh bendera tanda bunyi. Untuk membedakan burung yang bunyi di  babak pertama, kedua, ketiga, dan keempat, warna bendera yang diberikan  berbeda-beda. Untuk babak pertama, biasanya bendera segitiga yang  diberikan berwarna putih, sedangkan untuk babak kedua merah, babak  ketiga hijau, dan babak keempat kuning.
Setelah mendapat bendera tanda bunyi,  juri terus memantau perkembangan suara perkutut. Kalau layak  ditingkatkan, juri akan memberitahukan pada penancap bendera untuk  memberikan bendera koncer satu warna yang berukuran lebih besar  dibandingkan bendera tanda bunyi. Bendera koncer satu warna (hijau) ini  sebagai pertanda bahwa burung tersebut sudah mendapat nilai 42.
Burung yang gacor (bunyi terus) dan  bunyinya makin lama semakin bagus, nilainya dapat ditambah, tetapi harus  menunggu burung itu berbunyi sampai empat kali berturut-turut. Apabila  telah layak nilainya dinaikkan, bendera koncer satu warna dicabut,  diganti bendera koncer dua warna (hijau di bagian bawah dan kuning di  atasnya). Bendera ini berarti nilainya naik menjadi 42,5. Untuk menambah  bendera dua warna menjadi tiga warna (merah, kuning, hijau) yang  berarti jumlah nilainya 43, tidak bisa diputuskan oleh seorang juri  penilai saja. Prosedur penilaiannya sebagai berikut :
* Burung telah berbunyi  sekurang-kurangnya delapan kali berturut-turut dan semua unsur suara  yang masuk dalam kategori penilaian harus terpenuhi. Bunyinya tanpa  salah dan pembagiannya pas, hal ini menyangkut aspek suara depan,  tengah, dan ujung.
* Juri penilai mengusulkan kepada koordinator juri agar ikut mendengarkan suaranya.
* Koordinator membubuhkan paraf persetujuan dalam lembar penilaian.
Apabila burung bersangkutan layak  dinaikkan nilainya, koordinator juri segera memerintahkan petugas untuk  mencabut bendera koncer dua warna dan menggantinya dengan bendera koncer  tiga warna (hijau, kuning, biru). Dengan demikian nilainya menjadi 43.
Bendera koncer bisa ditambahkan menjadi  empat warna, asalkan kualitas burung masih layak untuk diberi nilai  lebih tinggi. Bendera koncer empat warna (putih, merah, kuning, dan  hijau) dilengkapi dengan gombyok kecil pada bagian atasnya. Bendera ini  menandakan total nilai yang diraih 43,5. Pemberian bendera empat warna  berikut gombyok kecil melalui prosedur sebagai berikut :
* Burung telah delapan kali manggung berturut-turut tanpa salah dan memenuhi syarat keindahan.
* Diusulkan oleh juri atau koordinator kepada koordinator lain atau ketua (dewan) juri.
* Penilaiannya disetujui oleh dua orang koordinator atau seorang koordinator dan ketua juri.
Bendera lima warna merupakan bendera  empat warna (putih, merah, kuning, dan hijau) dengan gombyok besar.  Burung yang mendapat bendera ini berarti memperoleh nilai 44. Burung  dengan kualitas yang pas-pasan sulit memperoleh bendera lima warna.  Untuk mendapatkan bendera ini, burung harus memenuhi syarat yaitu ;  gacor 10 kali berturut-turut tanpa salah dan disetujui oleh seorang juri  dan dua orang koordinator.
Bendera koncer lima warna dengan gombyok  besar dua warna di bagian atas hanya bisa diraih oleh burung yang sudah  lolos dengan meraih bendera lima warna dengan gombyok besar satu warna.  Bendera koncer lima waran dengan gombyok besar dua warna diberikan bila  jumlah nilai yang diperoleh 44,5. Bendera ini hanya akan diraih oleh  beberapa ekor burung saja, terutama di babak ketiga atau di babak  keempat saja. Bendera lima warna plus ini bisa diraih bila; burung  berbunyi sepuluh kali berturut-turut tanpa salah dan diusulkan oleh  koordinator juri serta ketua dewan juri menyertakan tanda tangannya  sebagai pengesahan.
Bendera yang paling istimewa adalah  bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna dan satu bola  ping pong di atasnya. Burung yang mendapat bendera ini benar-benar  istimewa karena mempunyai nilai bulat 45. Pemberian total nilai 45 ini  sangat jarang terjadi sebab bendera istimewa ini hanya diberikan untuk  burung yang sudah lolos meraih nilai 44,5. Nilai tertinggi ini masih  layak naik setengah poin lagi sehingga menjadi 45. Masing-masing unsur  penilaian, yaitu suara depan, tengah, ujung, kualitas suara, dan  iramanya, memperoleh nilai 9 (nilai maksimal). Apabila dalam perhitungan  terakhir terjadi nilai draw (sama), misalnya sama-sama bernilai 44,  tugas para perumus yang berhak menentukan juaranya. Berdasarkan  peraturan P3SI, pemenangnya adalah burung yang memiliki backing nilai  tambah dibandingkan lawannya. Misalnya, burung A pernah menyabet nilai  44,5 di babak kedua, sedangkan di babak lainnya kurang dari angka  tersebut. Adapun burung B tidak pernah menyabet nilai setinggi itu  selama 4 babak lomba. Walaupun total nilai empat babak dibagi rata  jumlahnya sama (44), burung A ditetapkan sebagai juaranya.
TANDA-TANDA PENGHARGAAN
 
Pemenang dalam konkurs berhak mendapat  tanda penghargaan yang berupa piala/trophy, medali, dan piagam  penghargaan. Tanda-tanda penghargaan bagi tiap jenjang konkurs dibedakan  sebagai berikut :
* Untuk Konkurs Nasional, sebuah  piala/trophy bergilir dan 30 buah piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya  5 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2  gram. Piagam pemenang dari pengurus pusat P3SI.
* Untuk Konkurs Besar, sebuah piala bergilir dan 30 piala/trophy tetap.  Sekurang-kurangnya 3 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5  gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus Korwil P3SI  setempat.
* Untuk Konkurs Regional, 30 puluh buah piala/trophy tetap. Piagam pemenang dari pengurus Korda P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Lokal, Piala/Trophy atau hadiah lainnya yang dapat  diatur menurut kemampuan dan kondisi Korda/Sub-Korda P3SI setempat.  Piagam penghargaan dan pengurus Korda P3SI setempat.
MENANGKAR PERKUTUT DI SANGKAR:
Keuntungan
Lazimnya perkutut diternakkan di dalam  kandang. Kandang untuk beternak perkutut umumnya berdinding kawat dan  berkerangka kayu atau besi. Sekecil apa pun kandang—lebar 60 cm, panjang  90 cm, dan tinggi  180 cm dianggap ukuran kecil — selalu didirikan di  atas tanah dan berlantai tanah.
Rupanya untuk beternak perkutut tidak  melulu harus dengan kandang seperti itu. Setidaknya telah ada yang  berhasil beternak perkutut tanpa menggunakan kandang seperti itu.  Kandang yang digunakan beternak lebih tepat disebut sangkar karena  memang berupa kurungan atau sangkar gantung dengan jeruji dari bambu.  Meskipun demikian, penempatan sangkar ini tidak digantung bebas sehingga  bisa berayun-ayun. Sangkar gantung ini dipasang menempel pada dinding.  Dengan demikian, tempat beternak perkutut ini tidak beralaskan tanah.  Ukuran sangkar gantung yarig digunakan relatif sangat kecil, yaitu  panjang dan lebar sekitar m dengan tinggi 60 cm.
Anggapan sementara orang bahwa perkutut  hanya bisa berkembang biak di dalam kandang berlantai tanah ternyata  tidak benar. Di dalam sangkar kecil yang bisa dengan mudah dipindahkan  pun, perkutut bisa berkembang biak. Rupanya burung yang tidak bisa  jinak—selalu ketakutan jika didekati dan tidak mau kembali ke kandang  jika lepas—ini justru sangat mudah dikembangbiakkan.
Keberhasilan menangkarkan perkutut di  dalam sangkar tentunya sangat menggemhirakan bagi mereka yang ingin  belajar beternak perkutut. Digantikannya peran kandang permanen oleh  sangkar yang mudah dipindah tempat membuat usaha beternak perkutut tidak  lagi melulu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki lahan luas.  Selama suatu tempat masih bisa dijangkau oleh sinar matahari maka di  situ bisa digunakan sebagai tempat meletakkan sangkar penangkaran.
Selain menghemat tempat, menangkarkan  perkutut di dalam sangkar juga memiliki manfaat lain, misalnya perkutut  jarang terserang cacing. Serangan cacing umumnya terjadi pada perkutut  yang diternakkan di dalam kandang dengan alas tanah dan kurang terjaga  kebersihannya. Dalam kandang beralaskan tanah, perkutut sering memakan  pakan yang telah jatuh. Hal ini memudahkan cacing masuk ke tubuh  perkutut.
Anak perkutut hasil penangkaran dari  sangkar relatif lebih jinak dibanding perkutut hasil penangkaran dari  kandang. Anak-anak burung menjadi terbiasa dengan tempat yang sempit dan  juga terbiasa berdekatan dengan berbagai aktivitas manusia. Dengan  demikian, perkutut menjadi tidak begitu liar. Perkutut yang berperilaku  liar selalu terbang ketakutan jika didekati oleh manusia atau melihat  sesuatu yang asing baginya. Jika terus-terusan ketakutan umumnya  sayapnya terluka. Meskipun tidak menyebabkan kematian, luka pada sayap  sulit sembuh. Ini jarang terjadi pada anak perkutut hasil ternak dalam  sangkar kecil.
Apabila disimpulkan, keuntungan  menangkarkan perkutut di dalam sangkar dibandingkan di dalam kandang,  dapat dilihat sebagai berikut:
Menangkar di sangkar gantung
•  Hanya memerlukan tempat yang kecil atau dapat dilakukan di tempat yang kecil, asal terkena sinar matahari
•  Perkutut jarang terkena cacingan
•  Anak yang dihasilkan lebih jinak
Menangkar di kandang penangkaran
•    Memerlukan tempat yang luas
•   Perkutut dapat terserang cacingan
•   Anak perkutut yang dihasilkan masih liar.
Memilih Indukan
 
 Keturunan  yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk  yang baik belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti  ini agaknya sangat dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak  mengherankan jika pemilihan induk harus dilakukan secermat mungkin.  Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini ada baiknya jika uraian berikut  dipahami oleh peternak.
Keturunan  yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk  yang baik belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti  ini agaknya sangat dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak  mengherankan jika pemilihan induk harus dilakukan secermat mungkin.  Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini ada baiknya jika uraian berikut  dipahami oleh peternak.
Memilih Jantan dan Betina
Kemampuan membedakan jenis kelamin  perkutut mutlak diperlukan oleh peternak. Bagi peternak yang sudah  berpengalaman, tidak perlu waktu lama untuk menentukan jenis kelamin  perkutut. Bahkan, dengan sekilas melihat fisik perkutut, dapat segera  ditentukan jantan atau betina perkutut tersebut. Meskipun demikian, ini  hanya bisa dilakukan untuk perkutut yang telah menampakkan kedewasaan  fisik, kira-kira telah berumur 9 bulan. Pada umur ini, perkutut siap  ditangkarkan. Berikut adalah ciri-ciri perkutut jantan dan betina yang  telah dewasa.
Ciri-ciri perkutut jantan
 Tanpa pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan  perkutut jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti  diperhatikan, seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut  betina. Perkutut jantan mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit  yang mengelilingi mata terlihat tebal dan bulat sehingga sorot matanya  menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya ialah pupur (bulu putih  keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh kepala, kepala tipis, dan ekor  panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat  lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain itu, perkutut  jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung (ciri ini  agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib besar  daripada perkutut betina.
  Tanpa pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan  perkutut jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti  diperhatikan, seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut  betina. Perkutut jantan mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit  yang mengelilingi mata terlihat tebal dan bulat sehingga sorot matanya  menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya ialah pupur (bulu putih  keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh kepala, kepala tipis, dan ekor  panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat  lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain itu, perkutut  jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung (ciri ini  agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib besar  daripada perkutut betina.
Perkutut jantan juga bisa ditandai dari  perilaku seksualnya. Setelah dewasa kelamin, perkutut jantan akan  menampakkan perilaku seksual yang khas jika berdekatan dengan betina,  yaitu berbunyi sambil menganggukkan kepala di dekat seekor betina.
Ciri-ciri perkutut betina
Perkutut betina memiliki raut wajah sayu.  Kulit yang mengelilingi mata terlihat tipis sehingga sorot matanya  terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan. Selain itu, pupur tidak  lebih dari separuh bagian kepala (sehingga warna bulu kepalanya  terkesan gelap), kepala kecil dan bundar, paruh lurus, serta ekor  pendek. Jika dilihat secara keseluruhan, ukuran tubuhnya tampak lebih  kecil daripada perkutut jantan.
Memilih Induk yang Bersuara Bagus
Bagi awam yang belum pernah memelihara  perkutut, suara semua perkutut pasti dianggap sama. Sepintas lalu memang  demikian. Namun, jika didengar dengan seksama, setiap perkutut ternyata  memiliki suara khas yang berbeda dengan perkutut lainnya.
Bagi yang sudah terbiasa memperhatikan  suara perkutut, kekhasan suara setiap perkutut dapat dengan mudah  diketahui. Bahkan, mereka yang biasa memelihara perkutut, pasci bisa  menandai satu suara perkutut di antara puluhan perkutuc yang  dipeliharanya tanpa harus melihat perkutut tersebut. Ini menandakan  suara perkutut memang beragam.
Ragam suara perkutut dapat didengar pada  suara depan, suara tengah, dan suara belakang. Ragam suara juga dapat  diketahui melalui kejelasan jeda antara suara depan, tengah, dan  belakang; tempo dari bunyi ke bunyi; bening tidaknya suara; serta  kestabilan suara.
Mereka yang telinganya sudah terlatih  mendengarkan suara perkutut akan mengatakan, “Tidak ada perkutut yang  bersuara sama. Yang ada hanya kemiripan suara.”
Suara perkutut yang didengar oleh telinga  manusia jika disederhanakan menjadi tulisan, kira-kira terbaca  “Hur…ketek…kuk”. Ada juga   yang   berbunyi   “Wao…ketek…kung”   atau    “Klao/kleo… ketek…kung”.
Suara hur, wao, atau klao/kleo disebut suara depan. Suara depan ini sangat bervariasi: ada yang terdengar panjang, sedang, dan pendek.
Suara ketek disebut suara  tengah. Suara ini juga bervariasi: ada yang satu kali, satu setengah  kali, dua kali, dan sebagainya. Perkutut yang suara tengahnya satu kali  kalau berbunyi kira-kira terdengar “Hur…ketek…kuk”. Yang satu setengah  kali terdengar “Hur… ketepek…kuk”. Yang dua kali terdengar  “Hur…ketek-ketek…kuk”.
Suara kuk atau kung disebut suara belakang. Suara belakang ini pun juga bervariasi: ada yang pendek, ada yang panjang berdengung, dan sebagainya.
Induk yang dipilih, baik jantan atau  betina, sebisa mungkin memenuhi kriteria suara yang bagus. Suara  perkutut dikatakan bagus jika memenuhi kriteria berikut.
1) Memperdengarkan suara depan (klao atau kleo) yang panjang.
 2) Memperdengarkan suara tengah tebal dan jelas.
 3) Memperdengarkan suara belakang (kung) panjang berdengung.
 4) Memiliki jeda yang jelas antara suara  depan,  tengah,  dan belakang.
 5) Antara satu suara dengan suara berikutnya bertempo tetap.
 6) Suara terdengar bening (kristal), bergema, dan tidak terhambat.
 7) Memperdengarkan  suara  yang  stabil,   tidak   terpengaruh  oleh perubahan suasana lingkungan.
Jika seekor perkutut dapat  memperdengarkan suara yang memenuhi kriteria seperti itu, burung  tersebut dapat dibilang bagus. Jarang sekali perkutut yang dapat  memenuhi semua kriteria tersebut. Oleh karena itu, burung yang mampu  memenuhi kriteria seperti itu pasti berharga sangat mahal. Demikian juga  dengan keturunannya.
Meskipun tidak 100% suara induk  diwariskan ke keturunannya, pembeli akan tetap mendengarkan suara induk  sebelum membeli keturunannya.  Paling  tidak  induk  yang  bersuara   bagus juga  akan mengangkat harga keturunannya.
Pentingnya Mengetahui Garis Keturunan
Keturunan perkutut yang bersuara bagus  selalu berharga mahal. Itulah sebabnya peternak selalu mencari induk  berkualitas agar keturunannya berharga mahal. Induk yang berkualitas ini  umumnya memiliki keistimewaan di suara meskipun belum tentu juara dalam  konkurs. Induk yang berkualitas biasanya juga memiliki hubungan darah  dengan perkutut-perkutut juara.
Hubungan darah, garis keturunan, atau  silsilah inilah yang perlu diketahui oleh peternak. Meskipun suaranya  tak begitu bagus, seekor perkutut bisa dipilih sebagai induk jika  memiliki hubungan darah dengan perkutut juara. Adanya hubungan darah ini  membuat perkutut bersangkutan memiliki peluang menghasilkan keturunan  bersuara bagus.
Meskipun belum bisa diungkap secara  ilmiah, suara perkutut memang diwariskan ke keturunannya. Perkutut yang  menang dalam konkurs selalu berasal dari induk yang kualitasnya prima.  Tidak ada perkutut bersuara bagus yang berasal dari induk asal comot (ambil). Kalaupun ada, itu merupakan suatu keberuntungan. Jika dirunut, nenek moyang induk asal comot yang menghasilkan keturunan bagus pasti juga berkualitas prima. Hanya saja, tak ada yang mengetahuinya.
Induk yang berkualitas memang tidak  selalu menghasilkan anak yang berkualitas. Adakalanya keturunan yang  baik baru bisa diperoleh setelah induk menghasilkan beberapa keturunan.  Inilah yang membuat bisnis peternakan perkutut menjadi semakin  mengasyikkan. Adanya kemungkinan memperoleh keturunan yang berkualitas  inilah yang membuat peternak selalu penasaran untuk mendapatkannya.
Dengan mengetahui garis keturunan atau  silsilah perkutut, peternak dapat memperkirakan atau paling tidak  mempunyai harapan pasangan perkututnya kelak akan menghasilkan keturunan  yang berkualitas.
Jangan Memilih yang Cacat Fisik
Secara fisik, perkutut yang akan  dijadikan induk harus normal. Jika tidak diperhatikan dengan cermat,  cacat fisik kadang tidak tampak. Cacat baru tampak setelah induk berada  di sangkar penangkaran.
Mata buta, kelopak mata tidak simetris,  kelopak mata tidak menutup sempurna, dan jari kaki putus merupakan cacat  fisik yang paling mudah diamati. Dengan melihat sepintas, cacat fisik  seperti ini akan ketahuan.
Lain halnya jika cacat fisiknya adalah  pincang, sayap terkulai, atau tulang dada bengkok. Cacat seperti ini  memerlukan pengamatan yang lebih seksama untuk mengetahuinya. Perkutut  yang pincang terlihat pada saat berjalan. Oleh karena itu, perlu diamati  pada saat berjalan. Sayap yang terkulai terlihat jelas pada saat  perkutut tidak melakukan aktivitas gerak. Pada saat diam, sayap yang  normal terlihat rapat ke tubuh. Tulang dada yang bengkok baru kelihatan  jika dada perkutut diraba dengan jari.
Jangan Memilih Induk Hasil Tangkapan dari Alam
Sekarang ini perkutut peliharaan yang  berasal dari tangkapan di alam lebih sedikit daripada yang berasal dari  hasil penangkaran. Alasannya, perkutut hasil tangkapan dari alam  suaranya kurang bagus. Meskipun demikian, tetap saja ada penjual burung  yang menjual perkutut tangkapan dari alam.
Meskipun harganya sangat murah, untuk  tujuan penangkaran di sangkar kecil, jangan sekali-kali memilih perkutut  tangkapan dari alam sebagai induk. Burung hasil tangkapan memiliki  perilaku liar. Dalam sangkar kecil, burung seperti ini sulit berkembang  biak.
Lebih baik jika memilih burung hasil  penangkaran. Perkutut hasil penangkaran lebih terbiasa dengan manusia  dan sudah terbiasa berkembang biak dalam kandang. Oleh karena itu, tidak  menjadi masalah jika perkutut ini ditangkarkan di dalam sangkar kecil.
Menyiapkan Penangkaran
 Sangkar  gantung untuk beternak perkutut harus dikondisikan supaya bisa  digunakan untuk berkembang biak. Sangkar ini harus ditempatkan dengan  cara yang benar dan harus dilengkapi dengan beberapa perlengkapan  pendukung agar bisa berfungsi sebagai tempat berkembang biak. Uraian  berikut ini akan menguraikan lebih rinci tentang sangkar dan  perlengkapan pendukung yang harus ada serta cara penempatannya.
Sangkar  gantung untuk beternak perkutut harus dikondisikan supaya bisa  digunakan untuk berkembang biak. Sangkar ini harus ditempatkan dengan  cara yang benar dan harus dilengkapi dengan beberapa perlengkapan  pendukung agar bisa berfungsi sebagai tempat berkembang biak. Uraian  berikut ini akan menguraikan lebih rinci tentang sangkar dan  perlengkapan pendukung yang harus ada serta cara penempatannya.
Bahan, Bentuk, dan Ukuran Sangkar
Sangkar dengan kerangka terbuat dari kayu  dan jeruji dari bambu sesuai untuk beternak perkutut. Sangkar seperti  ini relatif ringan sehingga tidak merepotkan dalam penempatan.
Di pasar burung, sangkar seperti ini  dijual dalam berbagai bentuk dan ukuran. Untuk beternak perkutut,  sebaiknya dipilih yang berbentuk kotak meninggi dengan ukuran minimum  panjang dan lebar sekitar 45 cm dan tinggi sekitar 60 cm. Sangkar  seukuran ini digunakan untuk mengembangbiakkan sepasang perkutut. Jadi,  satu sangkar hanya diisi sepasang perkutut.
Usahakan tidak memilih sangkar yang  berukuran lebih kecil atau lebih besar dari ukuran tersebut. Sangkar  yang terlalu kecil akan merusak bulu induk perkutut. Jika sangkar  terlalu besar, induk atau anak perkutut sulit ditangkap karena jangkauan  tangan yang terhatas. Jarak antarjeruji sangkar jangan sampai lehih  dari 1,5 cm, semakin rapat semakin haik. Jarak antarjeruji yang rapat  membuat kepala perkutut tidak bisa dijulurkan keluar sangkar.  Dikhawatirkan leher perkutut terjepit jeruji jika kepalanya bisa  dijulurkan keluar sangkar.
Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya  sangkar memiliki dua pintu. Pintu pertama terletak pada sisi samping  sangkar sebelah bawah, sedangkan yang kedua pada sisi samping sebelah  atas. Pintu pertama digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan wadah  pakan dan wadah minum. Pintu kedua digunakan untuk memasang sarang dan  mengontrol telur atau anak perkutut yang belum bisa terbang. Umumnya,  sangkar yang dijual di pasar burung hanya memiliki satu pintu, berada di  sisi samping sangkar sebelah bawah. Sangkar seperti ini bisa digunakan,  tetapi agak merepotkan untuk mengontrol telur atau anak perkutut yang  belum bisa terbang. Untuk itu, perlu dibuatkan satu pintu lagi. Ukuran  pintu tidak perlu terlalu luas, asal cukup dimasuki wadah sarang.
Perlengkapan Sangkar dan Penempatannya
Perlengkapan yang harus ada di dalam  sangkar meliputi wadah pakan, wadah minum, tengggeran, wadah sarang  berikut bahan sarang, penampung kotoran, dan atap. Semua perlengkapan  ini harus ditata dengan benar supaya mudah dikelola.
Wadah pakan dan wadah minum
Wadah pakan dan wadah minum banyak dijual  di pasar burung. Wadah ini dijual dalam berbagai ukuran dan umumnya  terbuat dari plastik. Untuk perkutut, dipilih wadah yang berdiameter  sekitar 6 cm dan kedalaman juga 6 cm.
Wadah pakan dan wadah minum ini  diletakkan di sebelah kanan atau kiri pintu bagian bawah, menempel pada  jeruji sangkar, Wadah pakan ditempaekan paling dekat dengan pintu. Kedua  wadah ini
diusahakan tidak saling berimpitan,  diberi jarak sekitar 5 cm. Snpaya tidak bergeser atau terbalik, wadah  ini bisa dikaitkan pada jeruji sangkar dengan menggunakan lidi atau  kawat. Supaya pakan atau air minum tidak kemasukan air hujan, dinding  sangkar tempat wadah pakan dan wadah minum menempel ditutup dengan  plastik bening yang tebal.
Tenggeran
Tenggeran diperlukan sebagai tempat  beristirahat. Akan lebih baik jika tenggeran ini terbuat dari ranting  kayu asam. Jika sulit mendapatkan ranting asam, kayu bangunan juga bisa  dimanfaatkan. Ranting untuk tenggeran sebaiknya dipilih yang lurus  dengan diameter sekitar 2,5 cm. Ranting ini tidak perlu dibuang  kulitnya. Kulit ranting yang kasar membuat perkutut tidak mudah  terpeleset, terutama saat kawin.
Satu sangkar diberi dua tenggeran. Kedua  tenggeran ini diletakkan sejajar. Satu diletakkan di bawah, kira-kira  setinggi sepertiga tinggi sangkar. Satunya lagi di atasnya, kira-kira  setinggi dua pertiga tinggi sangkar. Tenggeran yang di sebelah atas  letaknya didekatkan ke dinding belakang sangkar, kira-kira 15 cm dari  dinding belakang. Peletakan tenggeran dibuat seperti ini agar perkutut  tetap bisa mengepakkan sayap tanpa membentur tenggeran di atasnya.
Wadah dan bahan sarang
Wadah sarang untuk perkutut banyak dijual  di pasar burung. Wadah ini juga bisa dibuat sendiri. Bahannya bisa dari  plastik bekas kemasan sabun atau bahan lainnya asal mempunyai ruangan  cekung untuk bahan sarang. Wadah sarang ini ditempatkan sejajar dengan  tenggeran atas, berdekatan dengan pintu atas, pada sudut sangkar, dan  tidak berada di atas wadah pakan dan wadah minum.
Wadah ini selanjutnya diisi bahan sarang.  Bahan sarang berupa daun cemara atau rerumputan yang telah kering.  Bahan sarang ini sebelumnya dibentuk menjadi semacam cekungan, sesuai  dengan wadahnya, dengan cara ditekantekan. Selanjutnya, bahan ini  dimasukkan  ke dalam  wadah jika  pasangan  perkutut di  dalam sangkar  telah melakukan perkawinan.
Dinding sangkar yang berdekatan dengan  sarang ditutup dengan bahan yang tidak tembus air dan berwarna gelap.  Penutupan sebagian dinding sangkar ini supaya sarang tidak basah oleh  hujan dan tidak tekena sinar matahari.
Penampung kotoran
Penampung kotoran bisa terbuat dari  tripleks atau lembaran seng. Perlengkapan ini dipasang di bagian bawah  sangkar. Pemasangan diatur supaya bisa dengan mudah dilepas dari  sangkar.
Penampung kotoran berfungsi menampung  kotoran perkutut dan pakan yang berhamburan. Adanya perlengkapan ini  membuat ruang di bawah sangkar tetap bersih sehingga bisa digunakan  untuk keperluan lain tanpa khawatir kejatuhan kotoran perkutut.
Atap
Meskipun telah tertutup jeruji, sisi atas  sangkar perlu ditutup lagi dengan bahan yang tidak tembus air dan  cahaya. Bahan yang digunakan dipilih yang tidak menyerap dan menghantar  panas terlalu tinggi. Jangan menggunakan seng karena bahan ini sangat  mudah menyerap dan menghantarkan panas dari matahari. Panas berlebihan  yang diserap dan dihantarkan oleh atap ke dalam sangkar sangat  mengganggu kenyamanan perkutut. Panas yang berlebihan juga bisa  menyebabkan telur tidak bisa menetas.
Contoh bahan yang baik untuk atap sangkar  ialah tripleks dan kardus bekas. Kedua bahan ini bisa digunakan  bersamaan. Mulanya bagian atas sangkar ditutup tripleks, lalu di atasnya  diberi kardus bekas yang tebal. Karena kedua bahan ini bisa hancur oleh  air hujan, di atasnya perlu ditutup lagi dengan plastik yang agak  tebal. Dengan atap seperti ini suasana di dalam sangkar tidak terlalu  panas jika matahari bersinar kuat dan tidak kemasukan air ketika hujan.
Penempatan Sangkar
Sangkar untuk beternak perkutut  ditempatkan di dinding dengan cara dikaitkan atau diberi penyangga.  Dengan penempatan seperti ini, sangkar tidak akan bergoyang jika terkena  angin atau tersentuh, baik disengaja atau tidak. Sangkar yang sering  bergoyang, terutama dengan goncangan yang mengejutkan, akan membuat  perkutut merasa terganggu. Jika goncangan yang mengejutkan sering  terjadi pada saat perkutut sedang mengerami telur, kemungkinan telur  tidak menetas menjadi semakin besar.
Dinding tempat sangkar ditempelkan harus  tidak beratap dan dijangkau oleh sinar matahari. Kondisi seperti ini  memungkinkan sangkar selalu dihembus oleh udara segar dan dihangati oleh  sinar matahari. Perkutut memang menuntut adanya udara segar dan sinar  matahari yang menyinari langsung ke tubuhnya minimum dua jam sehari.  Tanpa sinar matahari perkembangbiakan perkutut tidak akan normal dan  sering terjadi gangguan pertumbuhan tulang serta menurunnya kualitas  suara.
Mengingat sinar matahari mutlak  diperlukan oleh perkutut maka akan sangat baik jika sangkar ditempel  pada dinding yang meng-hadap ke timur. Dengan penempatan seperti ini,  perkutut akan selalu mendapat sinar matahari pada pagi hingga tengah  hari. Meskipun demikian, dinding yang menghadap ke utara, selatan, dan  barat tetap bisa digunakan untuk menempel sangkar sepanjang sinar  matahari masih bisa menjangkaunya.
Penempatan sangkar sebaiknya tidak  terlalu tinggi, sebatas masih bisa dijangkau tangan tanpa menggunakan  pijakan. Sangkar yang ditempel pada dinding yang terlalu tinggi akan  merepotkan dalam pengelolaannya. Jika hanya satu, mungkin tidak terlalu  menjadi ma-salah. Namun, jika jumlah sangkarnya banyak, akan sangat  melelahkan dalam mengurusnya.
Jika jumlah sangkar lebih dari satu,  penempatannya bisa secara bersusun. Susunan sangkar sebaiknya tidak  lebih dari tiga. Sangkar paling bawah minimum berjarak 100 cm dari tanah  agar pada saat hujan percikan air dari tanah tidak masuk ke dalam  sangkar. Sisi kiri dan kanan sangkar sebaiknya diberi jarak, minimal  selebar sangkar, agar pasangan perkutut dalam satu sangkar tidak  diganggu atau mengganggu pasangan lain dalam sangkar di sebelahnya.
Menjodohkan Perkutut
 Apabila  sepasang perkutut telah berjodoh dan bertelur, selanjutnya hampir tidak  ada lagi hambatan dalam perkembang-biakannya. Hambatan yang paling  sering dialami oleh peternak, terutama pemula, justru terjadi pada rahap  awal, yaitu pasangan perkutut tidak mau kawin alias tidak jodoh. Jika  terjadi hal seperti ini, bagaimana cara mengatasinya. Uraian berikut  yang akan menjawabnya.
Apabila  sepasang perkutut telah berjodoh dan bertelur, selanjutnya hampir tidak  ada lagi hambatan dalam perkembang-biakannya. Hambatan yang paling  sering dialami oleh peternak, terutama pemula, justru terjadi pada rahap  awal, yaitu pasangan perkutut tidak mau kawin alias tidak jodoh. Jika  terjadi hal seperti ini, bagaimana cara mengatasinya. Uraian berikut  yang akan menjawabnya.
Membeli Pasangan yang Telah Jodoh
Banyak peternak perkutut yang mencampur  beberapa anakan perkutut dalam satu sangkar sebelum burung-burung  tersebut dijual. Setelah berumur enam bulan atau lebih, anak perkutut  ini mulai menampakkan tanda-tanda dewasa kelamin. Perkutut jantan mulai  mencari pasangan dengan mengeluarkan bunyi sambil mengangguk-anggukkan  kepala. Betina yang tertarik akan mendekat. Keduanya lalu saling  mendekatkan kepala. Perkutut jantan lalu membuka paruh untuk memberi  makanan kepada perkutut betina.
Untuk peternak pemula, bisa memanfaatkan  tanda-tanda seperti ini dalam memilih pasangan perkutut. Jika ada  sepasang perkutut telah menampakkan tanda-tanda seperti ini, berarti  keduanya telah jodoh dan siap berkembang biak. Jika berniat membelinya,  segera saja perkutut yang menampakkan tanda-tanda seperti ini disemprot  dengan air hingga basah, lalu ditangkap. Jika tidak ditandai dengan air,  akan sangat membingungkan dalam menangkapnya. Setelah berjodoh, segera  pasangan tersebut dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan. Selama  beberapa hari pasangan burung ini akan beradaptasi dengan tempat yang  baru. Setelah beradaptasi, pasangan ini akan menampakkan tanda-tanda  awal perkembangbiakan.
Biasanya peternak perkutut yang menjual  hasil ternakannya juga menyediakan pasangan perkutut yang sudah jodoh.  Bisa saja kita membeli pasangan perkutut seperti ini dari peternak.  Pasangan seperti ini bisa langsung dimasukkan ke sangkar  perkembangbiakan.
Bagi peternak pemula, membeli pasangan  yang sudah jodoh memang sangat menguntungkan. Tak perlu lagi repot-repot  menjodohkan perkutut. Pasangan yang sudah jodoh bisa langsung  dimasukkan ke dalam sangkar perkembangbiakan.
Cara memilih pasangan yang sudah berjodoh  seperti di atas juga memiliki kekurangan. Peternak tidak bisa  bereksperimen menjodohkan perkutut sesuai dengan keinginannya.  Penjodohan semata-mata tergantung pada perkutut tersebut dalam memilih  pasangan. Dengan demikian, kualitas suara keturunannya juga semakin  tidak bisa diprediksi. .Namun, bagaimanapun juga cara ini bisa dicoba  oleh pemula. Dalam beternak perkutut, tidak mungkin seorang peternak  pemula bisa langsung mencetak burung berkualitas tanpa harus belajar  terlebih dahulu. Inilah bagian dari proses belajar itu.
Menjodohkan Sepasang Perkutut
Adakalanya sepasang perkutut langsung  kawin ketika disatukan dalam satu sangkar. Namun, tidak jarang pula  sepasang perkutut yang telah lama dijodohkan tidak mau lekas kawin.  Bahkan, sepasang perkutut yang kelihatannya saling tertarik ketika  dicampur malah berkelahi.
Ketidakcocokan pasangan perkutut umumnya  ditandai dengan betina yang tidak mau menerima pejantan. Perkutut betina  selalu menghindar ketika didekati pejantan. Akibatnya, perkutut jantan  selalu mengejarnya. Tidak jarang betina yang tidak mau menerima pejantan  selalu dikejar-kejar dan dipatuki. Jika terus dibiarkan, perkutut  betina akan mengalami luka, bahkan mati.
Hal seperti di atas hanya merupakan  gambaran bahwa menjodohkan perkutut kadang-kadang tidak semudah atau  mungkin juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Seberapa mudah atau  sulitnya menjodohkan perkutut ada baiknya jika dicoba terlebih dahulu.
Menjodohkan satu jantan dengan satu betina
Apabila  ingin  mengawali   beternak   hanya  dengan  sepasang perkutut, cara ini bisa dipilih.  Cara  penjodohan yang satu ini juga. memungkinkan peternak melakukan  eksperimen untuk menghasilkan anak-anak perkutut yang berkualitas dengan  cara menjodohkan induk-induk yang berkualitas.Untuk menjodohkan seekor perkutut jantan  dan betina, langkah pertama tentunya membeli calon induk jantan dan  betina. Ada baiknya jika keduanya dibeli tidak dari peternak yang sama.  Jika dibeli dari peternak yang sama, ada kemungkinan akan terjadi  perkawinan antarsaudara.
Sebaiknya dipilih perkutut yang masih  muda, umurnya tidak lebih dari tiga bulan. Sepasang perkutut yang masih  muda ini selanjutnya dimasukkan dalam sangkar yang berbeda. Sangkarnya  cukup dilengkapi dengan tenggeran, wadah pakan, wadah minum, dan  penampung kotoran. Kedua sangkarnya setiap hari harus saling didekatkan,  baik ketika sedang dijemur atau sudah ditempatkan di tempat teduh,  supaya kedua perkutut bisa saling melihat.
Selama kurang lebih tiga bulan, kedua  burung akan saling berinteraksi. Jika perkutut jantan berbunyi, perkutut  betina akan menyahutnya. Selanjutnya, perkutut jantan akan berusaha  menarik perhatian betina dengan suara dan anggukan kepala. Jika ada  reaksi— seakan-akan ingin keluar dari sangkar dan mendekati perkutut  jantan—dari perkutut betina, berarti ada kemajuan dalam penjodohan.
Pasangan yang sudah menampakkan perilaku  seperti itu bisa dicampur dalam satu sangkar. Beberapa saat setelah  dicampur pasangan ini harus dipantau. Jika keduanya tidak menampakkan  tanda-tanda saling bermusuhan, kemungkinan besar keduanya telah jodoh.  Perilaku seksual buriing jantan menjadi sangat jelas jika keduanya telah  jodoh. Percumbuan antara sepasang burung ini biasanya diakhiri dengan  perkawinan. Dalam sehari bisa terjadi perkawinan berulang-ulang.  Perilaku seksual perkutut mudah diamati ketika burung tersebut sedang  dijemur.
Jika ada tanda-tanda perkutut jantan  berusaha mengawini perkutut betina, keduanya bisa segera dipindah ke  sangkar perkembangbiakan. Sebelumnya sangkar perkembangbiakan harus  sudah diisi dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Apabila setelah dicampur perkutut jantan  terlihat mematuki perkutut betina, keduanya harus segera dipisah.  Kemungkinan perkutut betina belum siap kawin atau pejantannya memang  galak. Jika terus disatukan, perkutut betina akan terluka, bahkan bisa  mati. Satu bulan kemudian, keduanya bisa disatukan lagi. Jika perkutut  jantan masih menyerangnya, berarti keduanya memang tidak jodoh. Kedua  perkutut ini harus dipasangkan dengan perkutut lain. Burung lain yang  akan dipasangkan dengan burung ini kalau jantan harus lebih muda dari  betina ini dan kalau betina harus lebih tua dari pejantan ini.
Satu jantan bebas memilih betina
Melakukan penjodohan dengan cara ini  berarri harus membeli seekor perkutut jantan dan beberapa—paling tidak  lebih dari dua— ekor betina. Burung-burung ini disatukan dalam sangkar  berukuran panjang kira-kira 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm.  Sangkar ini cukup dilengkapi dengan wadah pakan, wadah minum, tenggeran,  dan penampung kotoran. Di dalam sangkar ini perkutut jantan akan bebas  memilih betina.
Apabila semua perkutut yang dimasukkan ke  dalam sangkar ini telah dewasa kelamin, tidak lebih dari satu bulan  sudah terbentuk pasangan yang jodoh. Betina yang mau menerima pejantan  biasanya selalu berdekatan dengan pejantan tersebut. Keduanya lalu  saling bercumbu dan melakukan perkawinan. Jika terlihat tanda-tanda  seperti ini, pasangan tersebut segera saja diambil. Betina yang tidak  terpilih dibiarkan saja berada dalam sangkar tersebut untuk dicarikan  pejantan lain.
Beberapa jantan dan beberapa betina
Upaya menjodohkan perkutut juga bisa  dilakukan dengan mencampur beberapa pejantan dengan beberapa betina di  dalam satu sangkar. Jumlah jantan dan betina bisa sama atau bisa juga  tidak. Sangkar berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm  yang dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, dan  penampung kotoran bisa digunakan untuk mencampur paling banyak delapan  ekor burung.
Pasangan yang telah jodoh dapat diketahui  melalui pengamatan  terhadap perilaku burung-burung tersebut. Pasangan  yang telah jodoh segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Perkutut  yang belum jodoh dibiarkan  menghuni sangkar penjodohan  hingga   menemukan pasangannya.
Cara penjodohan seperti ini tetap  memungkinkan adanya burung yang tidak mendapat pasangan. Burung yang  tidak mendapat pasangan bisa tetap dipelihara. Siapa tahu kelak bisa  digunakan untuk mengganti-ganti pasangan.
Memelihara Pasangan
 Sepasang  perkutut yang telah berada di sangkar perkembangbiakan merupakan  pasangan yang siap berkembang biak. Jika dipelihara dengan benar,  pasangan perkutut akan segera kawin dan menghasilkan keturunan.  Memelihara pasangan perkutut yang sudah jodoh hingga berkembang biak  bukan sesuatu yang sulit. Dengan menerapkan hal-hal berikut ini perkutut  dapat berkembang biak dengan normal.
Sepasang  perkutut yang telah berada di sangkar perkembangbiakan merupakan  pasangan yang siap berkembang biak. Jika dipelihara dengan benar,  pasangan perkutut akan segera kawin dan menghasilkan keturunan.  Memelihara pasangan perkutut yang sudah jodoh hingga berkembang biak  bukan sesuatu yang sulit. Dengan menerapkan hal-hal berikut ini perkutut  dapat berkembang biak dengan normal.
Kebutuhan Pakan, Air Minum, Vitamin, dan Mineral
Pakan, air, vitamin, dan mineral  merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh perkutut, baik untuk  pertumbuhan dan perkembangan tubuh ataupun fungsi reproduksi. Pastikan  vitamin burung dengan memberikan BirdVit, sedangkan untuk mineral—juga bisa digunakan BirdMineral.  Dengan pemberian vitamin dan mineral itu, maka hanya dengan memberi  pakan berupa biji-bijian, perkutut yang diternakkan dalam kandang  beralas tanah sudah bisa hidup normal dan berkembang biak. Pentingnya  mineral adalah karena tempat beternak hanya berupa sangkar kecil  sehingga tidak memungkinkan perkutut mendapat tambahan mineral dari  tanah. Artinya, unsur yang satu ini perlu diberikan secara khusus. Hal  ini perlu dilakukan karena dikhawatirkan dengan mempercayakan pemenuhan  kebutuhan terhadap mineral dari pakan saja dapat memungkinkan terjadinya  defisiensi mineral. Defisiensi ini bisa mengakibatkan terganggunya  pertumbuhan tubuh dan proses perkembangbiakan.
Pakan yang diberikanPerkurut merupakan burung pemakan  biji-bijian. Oleh karena itu, pakan yang diberikan juga berupa  biji-bijian. Biji milet, jewawut, ketan hitam, dan gabah bisa diberikan  kepada perkutut. Komposisinya tiga bagian milet selebihnya campuran  jewawut, ketan hitam, dan gabah dengan perbandingan sama.
Untuk meningkatkan nilai gizi, campuran  biji-bijian ini bisa dicampur dengan pakan ayam petelur dengan  perbandingan 4:1. Penambahan pakan ayam petelur dilakukan hingga  perkutut bertelur. Pada saat mengeram, cukup diberi pakan berupa  biji-bijian. Ketika telur sudah menetas, pakannya bisa ditambah pakan  untuk DOC (day old chiken, anak ayam umur sehari) dengan  perbandingan empat bagian pakan biji-bijian dan satu bagian pakan DOC.  Pakan ini diberikan selama perkutut mengasuh anak.
Pakan ini diberikan dalam jumlah tidak  terlalu banyak, kira-kira habis dimakan selama sehari. Penambahan pakan  sebaiknya tidak dilakukan ketika masih ada pakan yang tersisa. Biasanya  pakan yang tersisa merupakan pakan yang tidak disukai perkutut. Jika  ditambah dengan pakan baru, pakan yang tidak disukai tidak akan pernah  termakan. Amat sayang jika pakan yang tidak disukai ini merupakan pakan  yang nilai gizinya tinggi. Dengan tidak menambahkan pakan baru, pakan  yang tidak disukai terpaksa juga dimakan.
Pemberian pakan sebenarnya bisa tiap tiga  hari sekali. Jika ini dilakukan, kontrol terhadap kesegaran pakan harus  sangat diperhatikan. Jangan sampai ada pakan yang busuk atau berjamur  karena basah atau terkena kotoran. Pakan yang telah busuk bisa  menyebabkan burung sakit atau mati jika memakannya.
Pada. saat pemberian pakan, wadah pakan  harus dibersihkan. Jika perlu, dicuci hingga bersih. Kebersihan wadah  pakan merupakan salah satu pendukung kesehatan perkutut. Penempatan  wadah pakan harus dilakukan dengan pelan-pelan. Jangan sampai melakukan  gerakan yang mengakibatkan perkutut terkejut. Gerakan yang mengejutkan  akan membuat perkutut beterbangan menabrak-nabrak jeruji sangkar.
Air minumAir oleh perkutut hanya digunakan untuk  minum. Perkutut bukan jenis burung yang menggunakan air untuk  membersihkan tubuhnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan wadah yang  terlalu luas untuk tempat air. Air yang diberikan pun tidak perlu  terlalu banyak, asalkan cukup untuk satu hari. Sepanjang air bisa  dikonsumsi oleh manusia maka air tersebut juga bisa diberikan ke  perkutut, baik yang sudah direbus ataupun belum. Untuk air yang sudah  direbus, harus didinginkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke  perkutut.
Air untuk minum sebaiknya diganti setiap hari. Pada saat air diganti,  wadah air minum harus dibersihkan. Untuk sangkar yang ditempel agak  tinggi, penggantian air minum menjadi agak sulit. Paling tidak harus  menurunkan sangkar terlebih dahulu. Padahal, jika sangkar sering  diturunkan, perkutut menjadi sering terganggu.
Ada suatu cara untuk mengatasi hal  seperti ini. Dua buah botol plastik bekas kemasan sampo atau sejenisnya  bisa digunakan untuk mempermudah penggantian air minum dan pembersihan  wadahnya. Sebelum digunakan, botol harus bebas dari sisa-sisa dan aroma  sampo. Setelah benar-benar bersih, lubang botol dimasuki selang kecil  atau sedotan minuman. Panjang selang disesuaikan dengan ukuran botol.  Yang pasti selang yang berada diluar botol kira-kira sepanjang 20 cm.
Jika botol akan digunakan sebagai alat  untuk menuangkan air minum, selang dimasukkan hingga ke dasar botol.  Jika botol hanya digunakan sebagai sarana untuk membersihkan wadah air  minum, selang tidak perlu dimasukkan hingga ke dasar. Supaya antara  selang dan lubang botol tidak berongga, tepi lubang bisa ditutup dengan  lem plastik.
Botol yang digunakan untuk membersihkan  wadah air minum bekerja dengan cara menyedot air berikut kotoran yang  ada di dalam wadah air minum. Oleh karena itu, sebelum digunakan botol  ini harus dalam keadaan kosong dan bersih. Untuk membersihkan wadah air  minum, ujung selang dimasukkan dalam wadah tersebut. Selanjutnya botol  ditekan-tekan hingga udara yang keluar akan mengaduk-aduk air dalam  wadah minum. Air yang telah kotor bisa segera disedot ke dalam botol  dengan cara melepas tekanan pada botol. Setelah wadah air minum kosong  dan bersih bisa diisi dengan air baru dengan menggunakan botol untuk  menuangkan air. Ujung selang dimasukkan ke dalam wadah air minum, lalu  botol ditekan. Air akan mengalir memenuhi wadah air minum. Dengan  bantuan alat seperti ini, pembersihan wadah minum dan penggantian airnya  bisa dilakukan dengan sangat mudah tanpa harus menurunkan sangkar dari  dinding dan mengeluarkan wadah yang akan dibersihkan.
Multivitamin dan mineralPengalaman peternak menunjukkan bahwa pemberian multivitamin, misalnya BirdVit,  untuk burung kicauan juga bisa mempertahankan daya reproduksi perkutut  tetap tinggi. Mukivitamin ini mengandung vitamin dan mineral yang  diperlukan untuk reproduksi.
Di alam bebas perkutut sering memakan  batu atau kerikil yang lembut untuk membantu pencernakan. Dalam sangkar  penangkaran fungsi batu atau kerikil lembut bisa diganti batu bata.  Pecahan batu bata berukuran setengah genggaman tangan bisa diletakkan di  dasar sangkar. Perkutut akan mematuki batu bata ini untuk membantu  pencernakan sekaligus memenuhi kebutuhan akan mineral. Sebelum diberikan  ke perkutut, batu bata harus dicuci bersih, lalu direbus atau  disangrai. Dengan cara ini perkutut akan terhindar dari serangan  organisme yang kemungkinan menempel pada batu bata.
Kebersihan SangkarSangkar yang bersih akan menghindarkan  perkutut dari penyakit. Oleh karena itu, kebersihan sangkar harus selalu  diperhatikan. Setiap hari kotoran yang tertampung harus dibuang.  Penampungnya harus dibersihkan sebelum dikembalikan ke sangkar.  Pelepasan maupun pemasangan kembali penampung kotoran harus dilakukan  dengan pelan-pelan supaya perkutut tidak ketakutan.
Setelah penampung kotoran bersih, jeruji  pada dasar sangkar juga dibersihkan dari kotoran yang menempel. Umumnya  sangkar model sekarang jeruji pada sisi bawah bisa dilepas seperti  halnya penampung kotoran. Sangkar seperti ini mudah dibersihkan dari  kotoran tanpa mengganggu ketenangan perkutut yang ada di dalamnya.
Sangkar dibersihkan secara total ketika  anak perkutut dipisah dari induknya. Sementara sangkar dibersihkan,  induk perkutut dipindah ke sangkar lain. Semua kotoran yang menempel  pada sangkar harus dibuang. Semua perlengkapan sangkar harus bersih.  Kalau perlu, gunakan FreshAves  untuk melakukan penyemprotan agar burung bebas kutu dan jamur. Setelah  bersih, semua perlengkapan dikembalikan ke tempat semula. Bahan sarang  tidak bisa dipakai lagi untuk bertelur. Bahan sarang harus diganti  dengan yang baru untuk periode perkembangbiakan berikutnya.
Mengontrol Atap dan PelindungKontrol terhadap atap sangkar juga harus  dilakukan secara rutin. Jangan sampai ada atap yang bocor, terutama pada  musim bujan. Posisi pelindung sarang serta wadah pakan dan wadah minum  barus diperhatikan. Jangan sampai posisinya bergeser hingga memungkinkan  sinar matahari atau air hujan masuk ke tempat-tempat tersebut.
Mengontrol TelurPerkutut betina biasanya bertelur satu  hingga dua minggu setelah kawin. Setiap periode perkembangbiakan seekor  perkutut umumnya menghasilkan dua butir telur. Dua butir telur ini  dikeluarkan berurutan selama dua hari. Meskipun demikian, kadang-kadang  seekor perkutut hanya bertelur satu butir. Telur perkutut dierami selama  14-16 hari.
Sebaiknya tanggal keluarnya telur  dicatat. Pencatatan diperlukan untuk mengetahui kapan telur menetas.  Jika dalam waktu 14— 16 hari belum menetas, jangan terburu-buru telur  tersebut diambil. Barangkali telur tersebut memang belum saatnya  menetas. Telur baru bisa diambil, untuk dibuang, setelah melewati masa  pengeraman selama seminggu. Pengambilan telur yang sudah saatnya  menetas, tetapi belum juga menetas diperlukan supaya induk perkutut  tidak terus mengerami telur yang nyata-nyata tidak mau menetas. Selain  telur, bahan sarang juga perlu diambil.
Kadang-kadang ada perkutut jantan yang  berusaha mengawini perkutut betina yang sedang mengerami telur.  Keinginan perkutut jantan ini sering menyebabkan perkutut betina  berlarian menghindarinya. Hal seperti ini tentu sangat mengganggu proses  pengeraman telur. Perkutut jantan yang berperilaku seperti ini  sebaiknya dipisah dari betinanya. Perkutut betina dibiarkan mengerami  telur tanpa pejantan.
Memelihara Anak PerkututApabila telur yang dierami telah menetas,  perkutut betina menjadi tidak terlalu liar. Perkutut betina menjadi  lebih sering berada di sarang sarang untuk melindungi anaknya. Setiap  ada yang mendekatinya lalu diancam dengan patukan.
Seminggu setelah menetas, anak perkutut  sudah tumbuh besar. Sebagian besar tubuhnya sudah ditumbuhi bulu-bulu  jarum. Pada umur ini, anak perkutut belum aktif bergerak. Organ-organ  geraknya, sayap dan kaki, masih terlihat sangat lemah. Kakinya belum  mampu mengangkat tubuh dan sayapnya belum bisa dikepak-kepakkan.
Pada umur sekitar sepuluh hari, sebaiknya  dilakukan pemasangan cincin pada kaki anak perkutut. Pemasangan  dilakukan dengan cara memasukkan cincin pada tiga jari yang menghadap ke  depan, lalu didorong ke belakang hingga melewati jari yang menghadap ke  belakang. Setelah melewati jari yang menghadap ke belakang berarti  cincin telah terpasang pada kaki perkutut. Jika pemasangan cincin  terlambat, cincin akan susah terpasang karena kaki anak perkutut sudah  tumbuh besar dan kaku.
Setelah dipasangi cincin atau umur  sepuluh  hari,  anak  perkutut  bisa tetap dipercayakan ke induknya  sendiri   sepanjang   induknya tidak    menelantarkan    anak-anaknya  atau dititipkan ke puter untuk   dibesarkan.   Dengan   dititipkannya  anak perkutut ke puter, induk perkutut dapat segera bertelur lagi.  Namun, jangan lupa untuk membuang bahan sarangnya dan mengganti bahan  sarang yang baru seminggu kemudian. Anak perkutut akan diasuh oleh puter  hingga mampu hidup sendiri.
Umur dua minggu bulu-bulu jarum mulai  mengembang dan anak perkutut mulai berusaha keluar dari sarang. Pada  umur ini, anak perkutut sering terlihat bertengger di tenggeran.  Gerakannya menjadi semakin aktif, terutama saat lapar. Kakinya mulai  bisa digunakan untuk melompat, sedangkan sayapnya mulai bisa dikepakkan.
Pada umur tiga minggu, anak perkutut  mulai sering mengepak-ngepakkan sayap. Bulu-bulunya pun semakin sempurna  menutup tubuh. Ketika lapar anak perkutut seumur ini akan mengejar  induknya untuk minta suap. Sarang semakin sering ditinggalkan.
Umur empat minggu anak perkutut mulai  bisa terbang meskipun belum sempurna. Selain bisa terbang, anak perkutut  juga mulai bisa makan sendiri. Anak perkutut yang telah berumur empat  minggu bisa dipisah dari induknya (disapih).
Menjaga Kesehatan IndukSangkar, pakan, dan air minum yang selalu  terjaga kebersihannya sebenarnya sudah bisa menghindarkan perkutut dari  serangan penyakit. Meskipun demikian, adakalanya perkutut masih juga  terserang penyakit. Cadangan dan mencret merupakan contoh penyakit yang  kadang-kadang menyerang perkutut.
1.     CacinganPerkutut yang terserang cacing  menampikkan gejala kurus dan ekor sering digerak-gerakkan (seakan-akan  berusaha membuang sesuatu dari kloaka). Kadang-kadang pada kotorannya  dijumpai cacing.
Cacing bisa dibasmi dengan obat cacing untuk burung seperti AscariStop  yang terbukti bisa membasmi berbagai jenis cacing pengganggu burung.  Obat ini diberikan dengan cara diminumkan ke rongga mulut. Pemberian  obat ini bisa diulang satu minggu kemudian selanjutnya pemberian obat  cacing diberikan setiap sebulan sekali.
2.     Mencret
Kondisi fisik kotoran bisa digunakan  untuk mengetahui gangguan penyakit pencernaan. Perkutut yang sehat  mengeluarkan ko toran dengan kondisi padat lunak (adakalanya keluarnya  kotoran dibarengi dengan keluarnya cairan bening sehingga berkesan  seperti mencret, padahal tidak).
Mencret merupakan gangguan pencernaan  dengan tanda kotoran sangat lembek berwarna putih atau hijau. Mencret  biasanya diikuti dengan menurunnya vitalitas hidup: perkutut terlihat  lesu dan nafsu makan berkurang. Jika terlihat gejala seperti ini, air  minum perkutut bisa diberi obat BirdBlown. Obat ini akan memulihkan kesehatan perkutut jika mencret yang dideritanya belum parah.
Memanfaatkan Puter sebagai induk asuh
 Anak  perkutut bisa dititipkan ke burung puter untuk dibesarkan. Dengan  demikian, induk perkutut tak perlu berlama-lama mengasuh anak. Induk  perkutut hanya mengasuh anak selama kurang lebih sepuluh hari. Waktu  yang seharusnya digunakan untuk mengasuh anak-kurang lebih hingga  anaknya berumur sebulan-bisa digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh  setelah sekian lama mengeram. Begitu kondisinya pulih, induk perkutut  bisa segera dikawinkan dan bertelur lagi. Inilah keuntungan memanfaatkan  puter untuk mengasuh anak perkutut.
Anak  perkutut bisa dititipkan ke burung puter untuk dibesarkan. Dengan  demikian, induk perkutut tak perlu berlama-lama mengasuh anak. Induk  perkutut hanya mengasuh anak selama kurang lebih sepuluh hari. Waktu  yang seharusnya digunakan untuk mengasuh anak-kurang lebih hingga  anaknya berumur sebulan-bisa digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh  setelah sekian lama mengeram. Begitu kondisinya pulih, induk perkutut  bisa segera dikawinkan dan bertelur lagi. Inilah keuntungan memanfaatkan  puter untuk mengasuh anak perkutut.
Memilih Puter untuk Induk Asuh
Puter yang telah berumur _+l,5 tahun bisa  digunakan untuk membesarkan anak perkutut. Untuk keperluan ini,  diperlukan sepasang puter, jantan dan betina. Sepasang puter bisa  digunakan untuk mengasuh 2—6 ekor anak perkutut.
Sebagai induk pengganti, puter ini harus  benar-benar sehat. Puter yang sehat bisa diketahui dari perilaku dan  penampakan tubuhnya. Perilaku yang lincah dengan nafsu makan yang tinggi  menunjukkan puter tersebut sehat. Bulu puter yang sehat juga tampak  rapi dan bersih. Tak ada sama sekali bekas kotoran di sekitar kloaka.  Matanya tampak bersih dan jernih. Lubang hidung bersih dan kering.
Untuk memastikan puter benar-benar sehat,  selama satu bulan burung ini diisolasi (ditempatkan dalam sangkar dan  dijauhkan tlari perkutut). Selama masa isolasi, puter diberi obat cacing  dua kali dalain waktu dua minggu. Obat cacing khusus untuk burung bisa  pilih AscariStop yang bisa dibeli secara online dengan cara penggunaan dan pembelian bisa di-klik di sini.  Dengan cara ini puter akan terbebas dari cacing. Dengan demikian, anak  perkutut yang akan diasuhnya pun juga terhindar dari serangan cacing.
Menyiapkan Sangkar Puter
 Puter  yang akan digunakan untuk mengasuh anak perkutut ditempatkan dalam  sangkar berjeruji bambu. Bentuk sangkar sebaiknya memanjang dengan  ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Di dalam sangkar  ini pula anak perkutut akan diasuh oleh puter. Sangkar untuk puter ini  dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, tempat sarang  berikut bahan sarangnya, serta penampung kotoran.
Puter  yang akan digunakan untuk mengasuh anak perkutut ditempatkan dalam  sangkar berjeruji bambu. Bentuk sangkar sebaiknya memanjang dengan  ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Di dalam sangkar  ini pula anak perkutut akan diasuh oleh puter. Sangkar untuk puter ini  dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, tempat sarang  berikut bahan sarangnya, serta penampung kotoran.
Wadah pakan dan wadah minum sama dengan  yang digunakan untuk perkutut. Wadah ini diletakkan di kanan dan kiri  pintu sangkar. Peletakan seperti ini akan membuat wadah terhindar dari  kotoran puter dan mudah dikeluarkan atau dimasukkan. Supaya tidak mudah  bergeser atau terbalik, wadah pakan dan air minum harus dikaitkan ke  jeruji sangkar.
Tenggeran dipasang pada ketinggian  sepertiga atau setengah tinggi sangkar dengan arah sejajar panjang  sangkar. Tenggeran sebaiknya terbuat dari kayu yang kasar (tidak licin)  sehingga puter atau anak perkutut dapat bertengger dengan baik. Ranting  asam yang masih terbungkus kulit sangat baik untuk tenggeran.
Tempat sarang untuk puter bisa dengan  mudah didapat di pasar burung. Bahan pembuatnya bisa dari bambu atau  rotan. Tempat sarang ini sebaiknya berdiameter sekitar 15 cm. Tempat  sarang diletakkan di dasar sangkar pada sudut yang paling jauh dari  pintu. Tempat sarang ini harus dilengkapi dengan bahan sarang berupa  rerumputan atau daun cemara yang sudah kering. Bahan sarang harus sudah  tersedia ketika puter mulai kawin.
Penampung kotoran dipasang pada bagian  bawah sangkar. Perlengkapan ini harus bisa dengan mudah dipasang dan  dilepas. Penampung kotoran bisa terbuat dari lembaran aluminium atau  tripleks.
Meyiapkan Puter dan Memindahkan Anak Perkutut ke Sangkar Puter
Sebelum menjadi induk asuh, puter perlu dipersiapkan agar siap menerima anak perkutut.
1.     Menyiapkan puter
Puter yang sudah terpilih untuk dijadikan  induk asuh dan telah melewati masa isolasi bisa segera dimasukkan ke  sangkar. Di dalam sangkar ini puter dipersiapkan untuk menerima anak  perkutut.
a.     Dibiarkan mengerami telur
Di dalam sangkar, puter harus diusahakan bisa bertelur dan mengerami telurnya. Telur puter akan menetas setelah dua minggu Sampai umur satu bulan anak perkutut masih diasuh oleh puter
dierami. Umumnya puter mudah jodoh dan  cepat bertelur. Kurang lebih seminggu setelah kawin, puter mulai  bertelur. Dalam masa perkembangbiakan ini puter akan menerima anak  perkutut yang diletakkan di dalam sarangnya. Burung ini akan mengasuh  anak perkutut seperti anaknya sendiri.
Kurang lebih seminggu setelah mengerami  telur, puter mulai memproduksi susu tembolok. Susu tembolok ini akan  diproduksi hingga anaknya berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada masa  puter memproduksi susu tembolok, inilah saat yang tepat untuk mulai  mengasuh anak perkutut. Dengan demikian, anak perkutut akan mendapat  susu tembolok dari puter. Susu tembolok ini penting bagi anak perkutut  yang masih kecil.
Apabila puter terlalu awal bertelur  hingga telurnya diperkirakan menetas sebelum anak perkutut siap  dipindah, sebaiknya telur tersebut dimatikan dengan cara dimasukkan ke  dalam air mendidih selama +_ 1 menit. Setelah itu, telur  dikembalikan ke sarang puter. Puter akan terus mengerami telur yang  tidak akan menetas. Bisa juga telur puter diganti dengan telur buatan,  misalnya dari batu. Dengan cara ini, susu tembolok yang diproduksi tidak  akan diberikan ke anaknya sendiri.
b.     Diberi pakan dan minum yang berkualitas
Sebelum bertelur puter diberi pakan milet, gabah, dan BirdMature kapsul. Kedua bahan pertama dicampur dengan perbandingan 2:1. Sedangkan BirdMature  diberikan ke dalam air minum. Dengan pakan seperti ini, diharapkan  puter dapat bertelur dengan baik. Untuk mempertinggi daya reproduksi,  multivitamin seperti BirdVit tetap perlu diberikan.
Setelah mengerami telur dan siap dititipi  anak perkutut, pakannya sedikit diubah. Pakan ayam petelur diganti  dengan pakan untuk DOC, sedangkan gabah tidak perlu diberikan (.3 bagian  milet : 1 bagian pakan DOC). Dengan pakan seperti ini, perkembangan  tubuh anak perkutut yang diasuhnya diharapkan bisa semakin baik.
2.     Memindah anak perkutut ke sarang puter
Anak perkutut bisa dipindah ke sarang  puter setelah berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada umur ini, gerakan  anak perkutut tidak begitu aktif. Seluruh kebutuhan hidupnya masih  tergantung pada induknya. .Bulu tubuhnya masih berupa bulu jarum yang  belum mengembang sempurna. Oleh karena itu, selain makan, anak burung  ini masih membutuhkan kehangatan tubuh dari induknya. Dua kebutuhan  hidup ini akan dipenuhi oleh puter.
Sebelum anak perkutut dipindah ke sarang  puter, telur puter yang ada di dalamnya harus diambil. Jangan lupa,  sebelum dipindahkan, kaki anak perkutut dipasangi cincin. Begitu berada  di sarang puter, anak perkutut akan dipelihara oleh puter seperti  anaknya sendiri. Ketika temboloknya kosong dan mencicit (suara anak  perkutut yang kelaparan), puter akan segera memberi makan. Paruh puter  akan dibuka dan didekatkan ke paruh anak perkutut. Pada saat yang  bersamaan, puter rriemuntahkan kembali makanan yang ada di dalam  tembolok ke rongga mulut. Selanjutnya, paruh anak perkutut akan masuk ke  rongga mulut puter untuk mengambil makanan.
Kurang lebih mendekati umur sebulan sejak  menetas dari telur atau tiga minggu setelah diasuh puter, anak perkutut  mulai belajar makan sendiri. Anak burung ini mulai mematuk-matuk  butiran pakan, tetapi masih kesulitan untuk menelannya. Lama-kelamaan  butiran biji bisa ditelan dengan mudah. Ketika sudah mampu makan  sendiri, anak perkutut bisa dipisah dari puter.
Merawat Induk Perkutut yang Anaknya Telah Diambil
Induk perkutut yang anaknya telah  dititipkan ke puter perlu diberi perawatan ekstra. Sehari setelah  anaknya diambil, kedua induk perkutut, baik jantan maupun betina, diberi  kacang hijau sebanyak sepuluh butir setiap ekor. Sebelumnya, kacang  hijau direbus set’engah matang. Butiran kacang hijau ini dimasukkan ke  dalam mulut perkutut hingga tertelan. Pemberian kacang hijau dilakukan  setiap hari selama seminggu.
Selain kacang hijau, induk perkutut juga diberi BirdVit dan BirdMineral.  Berikan minuman yang ke dalamnya dimasukkan BirdVit dan pada  pakan/biji-bijian diberikan BirdMineral. BirdVit bisa diberikan sepekan  tiga kali sedangkan BirdMineral sepekan sekali. BirdMineral adalah mineral burung.
Perawatan ekstra ini diberikan untuk  mempertahankan kondisi induk perkutut agar tetap prima. Tanpa perlakuan  ini dikhawatirkan kondisi induk akan memburuk karena frekuensi  reproduksinya diperpendek. Tanpa campur tangan manusia, perkutut hanya  bertelur satu atau dua kali dalam setahun. Di tempat penangkaran,  perkutut bisa bertelur 6—10 kali dalam setahun. Peningkatan produksi ini  tentunya berpengaruh buruk terhadap kesehatan induk.
Menyapih anakan perkutut

Anak perkutut berusia sekitar seminggu
Setelah diasuh puter selama kurang lebih  1,5 bulan, anak perkutut telah mampu  makan sendiri.  Pada umur inilah,   anak perkutut bisa disapih. Selanjutnya, anak perkutut tidak tergantung  pada induk asuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sangkar untuk Menyapih
Untuk menyapih anak perkutut, diperlukan  sangkar dengan ukuran panjang sekitar 60 cm, tinggi 40 cm, dan lebar 40  cm (pada prinsipnya semakin besar ukuran sangkar akan semakin baik).  Sangkar seukuran ini bisa digunakan untuk menampung sekitar 10 ekor anak  perkutut. Di dalam sangkar penyapihan ini, anak perkutut akan melatih  otot-otot tubuhnya, terutama otot terbang. Di dalam sangkar ini pula,  anak-anak perkutut mulai belajar bersuara.
Sangkar penyapihan perlu dilengkapi  dengan tenggeran, tempat pakan dan air minum, penampung kotoran, serta  lampu listrik berkekuatan sekitar 10 watt. Lampu listrik dipasang  menempel pada atap sangkar. Lampu ini bcrfungsi sebagai penghangat pada  malam hari atau pada saat udara dingin. Oleh karena itu, lampu ini hanya  dinyalakan pada malam hari atau pada saat udara dingin. Lampu listrik  tidak diperlukan lagi ketika anak perkutut telah berumur empat bulan  atau lebih.
Penempatan Sangkar Penyapihan
Sangkar penyapihan diletakkan di tempat  yang beratap sehingga tidak terkena air ketika hujan. Setiap hari  sangkar berikut anak perkutut di dalamnya harus dijemur di bawah sinar  matahari minimal dua jam. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari,  sekitar pukul 07.00-09.00.
Selama sangkar dijemur, dilakukan juga  pembersihan terhadap tempat pakan dan air minum serta penampung kotoran.  Sisa pakan hari kemarin sebaiknya dibuang dan diganti dengan pakan yang  baru, demikian juga air minumnya.
Pada malam hari atau pada saat suhu udara  terasa dingin, lampu dalam sangkar dinyalakan. Lampu yang menyala akan  membuat udara di dalam sangkar menjadi hangat. Udara yang hangat sangat  diperlukan oleh anak perkutut mengingat bulu-bulunya belum tumbuh  sempurna dan belum mampu menghadapi perbedaan cuaca yang ekstrem. Panas dari lampu ini akan membantu anak perkutut menghadapi dinginnya udara malam dan cuaca yang buruk.
Pakan untuk Anak yang Disapih
Anak perkutut yang baru disapih diberi  pakan milet. Biji-bijian berukuran agat besar seperti gabah dan ketan  hitam tidak perlu diberikan. Milet yang diberikan harus bersih dan  benar-benar bernas. Untuk menjamin kebersihan, sebelum  diberikan, milet dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan di bawah  sinar matahari. Pencucian juga bisa digunakan untuk menyeleksi milet  yang benar-benar bernas. Milet yang bernas tenggelam di dalam air,  sedangkan yang kosong akan mengambang. Milet yang mengambang inilah yang  harus dibuang.
Jika anakan perkutut yang disapih lebih  dari dua, ukuran tempat pakan harus agak besar, lebih dari 7 cm. Dengan  tempat pakan yang agak besar, anakan perkutut tidak akan berebut tempat  sewaktu makan. Pakan diberikan sehari sekali, pada pagi hari. Pemberian  pakan dilakukan bersamaan dengan pemberian air minum. Ada baiknya jika  air minum yang diberikan berupa air bersih yang telah matang (sudah  direbus hingga mendidih, lalu didinginkan).
Menyeleksi Perkutut Anakan sapihan
Seleksi terhadap anak perkutut bisa  dilakukan saat anak perkutut mulai ditempatkan di sangkar penyapihan. Di  sangkar penyapihan, bentuk fisik anak perkutut hisa diamati dan  suaranya mulai bisa didengar. Seleksi dimaksudkan untuk mencari anak  perkutut yang berfisik normal dan bersuara bagus.
Seleksi Kualitas Fisik
Sebenarnya yang dipentingkan dari seekor  perkutut adalah kualitas suaranya. Meskipun demikian, bentuk fisik yang  normal juga perlu diperhatikan. Adakalanya anak perkutut menyandang  cacat fisik secara bawaan. Cacat fisik bisa diketahui hanya dengan  pengamatan sekilas atau dengan cara yang lebih teliti.
Mata juling dan kaki pengkor merupakan  cacat bawaan yang dapat diketahui dengan cepat. Cacat fisik yang  membutuhkan pengamatan lebih cermat ialah tulang dada bengkok. Tulang  dada bengkok hanya dapat diketahui dengan jalan meraba dada perkutut.  Tulang dada yang normai rerasa lurus ketika diraba.
Anak burung yang menderita cacat seperti  itu sebaiknya disatukan dalam sangkar yang sama, Bagaimanapun pembeli  juga memperhatikan penampilan fisik. Burung yang cacat tak akan dibeli  kecuali suaranya istimewa.
Anak perkutut yang cacat juga perlu  didengar. suaranya. Siapa tahu dari beberapa anak perkutut yang cacat  fisik ada yang bersuara  istimewa.   Untuk  itu,  setelah  seleksi   kualitas fisik  harus  diikuti dengan seleksi kualitas suara.
Seleksi Kualitas Suara
Seleksi kualitas suara sulit dilakukan  ketika anak perkutut baru bisa mengeluarkan “suara air” (suara anak).  Suara air sulit untuk patokan perkiraan suara setelah dewasa. Oleh  karenanya, jangan menyeleksi anak perkutut yang masih dalam tahap ini.
Lama-kelamaan suara air menjadi semakin  jelas seiring dengan bertambahnya umur perkutut. Pada umur tiga bulan,  suara anak perkutut sudah semakin jelas dan mulai stabil (tidak  berubah-ubah). Suara anak perkutut dikatakan stabil jika selama paling  tidak lima kali, suara yang dikeluarkan tidak berubah-ubah. Dengan  demikian, suara yang dimilikinya akan tetap sama hingga dewasa. Pada  umur inilah seleksi kualitas suara bisa dengan mudah dilakukan.
Seleksi kualitas suara menuntut peternak  mengetahui kriteria suara yang bagus. Oleh karena itu, tidak ada  jeleknya jika peternak sering datang ke konkurs perkutut. Pada konkurs  perkutut, peternak bisa mendengar dan mengetahui secara langsung suara  perkutut yang berkualitas. Selanjutnya, suara dalam konkurs bisa  dibandingkan dengan suara perkutut hasil ternakannya.
Tips dan info lain:
1. Jika burung perkutut jantan untuk  penangkaran tidak juga manggung gacor merayu betina meski secara umum  terlihat sehat atau burung betina tidak juga matang kelamin meski sudah  berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor burung tidak isi dan karenanya  tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa  memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina  benar-benar maksimal. Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja  kita menggunakan Bird Mature.
Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah  terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung  penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.
2. Jika burung-burung anakan dari  penangkaran kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek,  karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa  indukannya mengonsumsi Bird Mineral.
Bird Mineral tidak hanya bagus untuk  anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat,  mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak  terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas  paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung  menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak  terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak  kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa  segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi;  kematian embrio rendah.
3. Jika Anda masih bingung juga bagaimana cara menangkar burung yang baik, bergabung saja dengan Om Kicau Hotline yang memberi layanan premium konsultasi perawatan dan penangkaran burung. Bagaimana?